Bagiku yang cepat bosan, aku biasanya memiliki berbagai cara untuk mengatasinya. Walau selalu berubah-ubah karena sifatku yang bosenan.

Tidur


Ini sudah merupakan kegiatan yang tak bisa dielakkan lagi. Yap, bagiku yang pemalas, tidur merupakan kegiatan melepas bosan yang lumayan menyenangkan. 

Dengar Musik


Sudah kubilang, aku senang mendengar lagu, bernyanyi (tapi tidak untuk didengar oleh orang-orang). Tempat konserku hanya 2, di kamar mandi dan kamar tidur sendiri. Selain itu, tidak ada. Walau sekarang, karena kantor juga bisa dibilang cukup nyaman dan seharian aku bekerja ditemani oleh lagu. Terkadang bisa keceplosan nyanyi juga. Berhubung tak ada yang mempermasalahkan suara jelekku, ya sudah, bodo amat saja lah.

Main Game


Ini merupakan kegiatan pengusir bosan yang tak bisa bertahan lama. Beneran. Untuk game android zaman sekarang, game yang seru selalu online. Sedangkan aku malas bermain game online karena sering masuk notifikasi chat saat bermain, itu mengganggu sekali. Jadi, aku lebih suka main game offline. Namun, masalahnya, tak ada game offline yang perang-perang (sejauh yang aku tahu). Jadi begitulah. Jika satu buah game bisa bertahan di dalam HP-ku selama 3 bulan, itu tandanya game tersebut lumayan.Walau, plant vs zombie bisa bertahan di ponselku selama beberapa tahun, tetapi tak kumainkan lagi. Mau hapus, tetapi terlalu sayang.

Pikiran-pikiran yang berseliweran di dalam otak sebelum itu itu ... BANYAK! Contohnya kayak, besok mau bangun jam berapa? Besok mau sarapan apa? Besok harus kerjain apa aja? Kerjaan apa aja yang masih belum dikerjakan? Tulisan mana yang harus dilanjut dan diperbaiki?

Intinya banyak. Saking banyaknya, kadang sampe otaknya panas terus jadi eror. Dan gak tahu harus mikir yang mana dulu. Terutama kalau di akhir bulan kayak gini. Pikirannya makin banyak. 

Berapa banyak uang yang harus ditabung? Berapa banyak uang yang harus dikasih ke Mama? Berapa banyak sisa uang buat dijajanin? Berapa banyak uang yang tersisa buat isi minyak? Perlengkapan mandi dan yang lainnya masih ada gak? Cukup gak? 

Yah, intinya memusingkan. Pengen gitu sesekali gak mau mikir apa-apa. Cuma, ya, gimana? Gak bisa! Manusia hidup, emang tugasnya buat mikir! Mikir gimana biar bisa lebih baik ke depannya. Mikir gimana biar bisa tetap hidup. Ya, seenggaknya punya otak bukan buat dijadikan pajangan ajalah. Seminimalnya kudu dipake buat mikir besok mau makan apa dan harus ngapain aja.

Sekian cuap-cuap menyebalkan aku.

Ilmu banyak bermanfaat bagi semua orang. Saat melakukan sesuatu, orang-orang harus memiliki ilmu. Bahkan untuk berbicara agar didengarkan oleh orang-orang pun harus memiliki ilmunya.

Ilmu, bagiku, sangat berharga. Lebih berharga daripada uang. Karena dengan adanya ilmu, maka uang pun akan datang dengan sendirinya. Jadi, bukanlah sesuatu yang mengherankan saat aku mengatakan ilmu lebih berharga daripada uang, bukan?

Lalu, ilmu yang paling kusukai di dunia ini adalah ilmu kesehatan, ilmu psikis, dan lainnya. Intinya sesuatu yang pasti dan susah berubah-ubah, tidak seperti bahasa. Yah, walau bahasa itu sangat berguna untuk berkomunikasi. Akan tetapi, aku tak begitu menyukainya karena itu bukanlah sesuatu yang pasti.

Ilmu eksak lebih menyenangkan menurutku, karena tidak ada lebih dari satu jawaban. Itu pasti dan tidak berubah. Maka dari itu aku menyukainya. 



Buah itu mengandung banyak vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Akan tetapi, aku tak begitu menyukai buah. Alasannya macam-macam, entah itu karena aroma buah itu, efek setelah memakan buah, bentuk buahnya. Dan alasan yang paling utama adalah malas. Malas mengupas kulitnya.

Tapi, ada beberapa buah yang aku sukai karena aromanya. 
1. Mangga
Kalau yang satu ini, aku suka dan akan makan kalau semisal ada yang kupasin, kecuali mangga udang. Karena mangga udang gak perlu dikupasin orang. Tinggal gigit aja kulitnya (barbar sekali, ya? Iya, bodo amat, deh). Selain mangga udang, aku biasanya makan kalau dikupasin sih.

2. Kelengkeng/ Logan
Ini nih, buah wajib ada pas imlek. Bukan wajib ada sih, tetapi tiap tahun tetap ada waktu sembahyang. Dan, buah ini bakal habis dimakan dalam sekali duduk. Padahal gak boleh. Cuma, ya, apa boleh buat. Kalau ditunda-tunda makannya gak bakal dimakan soalnya. Wwkkwkwkw

3. Nenas
Ini aku suka baik yang rasanya asem ataupun manis. Apalagi kalau ada sambel rujaknya. Makin mantep deh. Ini juga salah satu buah yang ada pas sembahyang imlek. Aku suka makan buah yang satu ini kalau lagi sakit tenggorokan. Cuma, yah, setelah makan buah ini harus ingat gak boleh minum air. Nanti mulutnya rasanya pahit.

4. Durian
Yap, buah ini sangat sangat gimana ya bilangnya? Banyak orang yang suka, banyak orang yang gak suka. Terutama karena aromanya yang kuat. Akan tetapi, aku suka-suka aja tuh. Soalnya gimana ya? Menurutku, enak-enak aja sih. Haha. Tentu aja kalau duriannya udah dibukain. Kalau suruh buka sendiri mah. Gak bakal makan deh. Ah! Kalau durian yang paling enak itu, durian yang udah dimasukkan ke dalam freezer. Udah pernah coba? Coba deh. Aku jamin, rasanya enak. Kayak makan es krim. Yummy ....

Kayaknya cuma 4 buah di atas aja yang aku suka, sisanya gak gitu. Pokoknya, ketiga buah ini yang paling sering kumakan kalau ada. Dan buah yang paling kubenci itu jatuh pada rambutan. Hahaha .... Kalau kata orang itu buah, bagiku itu kulit kayu. Maapkan aku pecinta rambutan.

Ada begitu banyak warna di dunia ini. Semua warna itu, menurutku indah. Bahkan jika itu warna kelam pun memiliki daya tarik tersendiri.

Merah

Ini merupakan salah satu warna yang kusukai. Hampir semua baju yang kubeli berwarna ini. Pernah sekali, pada tahun 2012 silam. Di Bulan Desember, aku kebingungan karena semua bajuku berwarna merah. Tanggal 21 Desember 2012, nenekku meninggal. Dan menurut tradisi, kami cucu-cucunya tak boleh memakai warna baju yang cerah. Apalagi meningat beliau adalah nenek dari pihak Papa. Namun, saat itu, yang mana sudah dekat imlek, aku sudah membeli banyak baju berwarna merah. Papa mengomel, tentu saja.

Hari itu, beberapa hari sebelum imlek, akhirnya mama membelikan aku satu buah baju baru berwarna kelam. Sejak saat itu, aku pikir, warna kelam juga bagus, kok.

Alasan aku menyukai warna ini apa ya? Mungkin karena terlihat ganas dan berani. Apalagi artinya juga begitu, 'kan? Sangat berkebalikan dengan aku yang penakut. Walau ada arti juga warna ini yang mencerminkan sifatku, yaitu panas. Aku gak akan nyangkal, aku emang orangnya cepat panas. Cuma sekarang, walau marah, aku lebih memilih diam.

Hitam

Warna ini bagus, elegan. Apalagi kalau dicampur dengan warna emas. Semakin menambah kesan elegannya. Satu alasan lagi kenapa aku suka sama warna ini, gak gampang kotor. Walau sebenarnya aku gak gitu suka sama warna ini kalau dipakai dalam bentuk celana apalagi di cuaca panas. Warna hitam menyerap panas lebih cepat, ingat? Dan bisa-bisa, selepas dari outdoor, kakiku akan menjadi merah-merah kalau pakai celana berwarna ini di luar. Cuma kalau baju, aku suka. Kenapa? Karna warnanya hitam, gelap, jadi gak tembus pandang. Hahaha

Lagu adalah sesuatu yang kudengar ketika bosan, senang, sedih. Intinya, ini adalah obat bagiku. Obat ketika aku terlalu senang, terlalu sedih, dan terlalu bosan. Saat aku sedang tak tahu ingin melakukan apa, yang kulakukan adalah dengar lagu. Maka dari itu, aku selalu membawa earphone ke mana-mana. Itu menjadi barang wajib ketika aku berpergian ke luar. Tentu saja, ponsel yang bisa mendengar lagu dengan batre full juga menjadi barang wajib.

Pernah sekali, saat aku "terpaksa" pergi ke luar kota, tanpa earphone aku mengambek pada Papa yang tak mau berbalik ke rumah untuk mengambil barang tersebut. Padahal, jaraknya dari rumah masih dekat. Kami baru saja keluar dari komplek perumahan. Bahkan aku pun sudah mengusulkan biar aku jalan kaki saja. Mereka hanya perlu menunggu kurang dari lima menit. Namun, papa tetap kekeh menolaknya. Dan itu membuatku marah hingga tak mau berbicara padanya. Lalu, menurutku, itu adalah liburan terburuk sepanjang hidupku. Pergi jauh tanpa musik, perjalanan yang bagaikan neraka. Berisik dan membuatku merasa tak tenang.


Lagu yang Bisa Membuatku Menangis


Hmm ... Ini sulit. Bukan karna aku tak suka mendengar lagu nyesek, tetapi melainkan aku sendiri yang susah menangis. Mungkin karna kebiasaan menekannya saat ingin menangis, jadi saat sedih aku tak begitu sering menangis.

Tapi. Tapi. Tapi. Lagu yang bikin nyesek di saat aku gabut itu, tentu saja ada. Sebenarnya, ini sudah pernah aku jawab di 30djc yang lalu. Cuma, gak apa deh. Aku bakal jawab lagi. Pas waktu itu, pertanyaannya lagu kesukaan sih memang. Cuma ya gitu, lagu kesukaan sama lagu yang bikin aku nyesek itu hampir sama, gengs.

Road by GOD
Menurutku, lagu ini cukup nyesek. Kenapa? Ya, karena liriknya itu menurutku, sangat nyesek. Sebenarnya, ini lagu lama. Yang bikin aku jatuh cinta sama lagu ini waktu pertama aku denger dari acara Begin Again-nya Korea. Tau gak? Kalau gak tau, cari yak. Aku belum pernah denger versi aslinya, tapi aku suka versi cover-nya. Cover Road yang dinyanyikan oleh Henry Lau, IU, Jo Hyun Ah, dan Yang Da Il.
Nah, ini nih lirik yang menurutku 'kena' banget. 
naega ganeun igiri
eodiro ganeunji
eodiro nal deryeoganeunji geu goseun eodinji
al su eopsjiman al su eopsjiman al su eopsjiman
neuldo nan georeogago inne
saramdeureun giri da
 
Nah, kalau artinya sih kurang lebih gini, ya. (dalam versi bahasa inggris aja, ya. Biar lebih terasa)
The road that I’m taking
Where it’s leading me to, where it’s taking me
Or where the final destination is
I have no idea, no idea, no idea
Yet I’m still following this path today
Has destiny already been determined for everyone
 
 

Skill

Skill atau kemampuan adalah kapasitas seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Skill terbagi dua, yaitu soft skill dan hard skill. Soft skill itu bisa berupa sikap. Sedangkan, hard skill itu bisa berupa ilmu yang kita miliki.
 

My Skill

 Kalau ditanya, jujur, aku tak tahu harus jawab apa. Mungkinkah cepat belajar dan beradaptasi dengan keadaan itu termaksud skill? Kalau mungkin, berarti itu. Kalau bukan, ya berarti aku tidak memiliki skill sama sekali. 

Saat melamar kerja, aku juga sering kebingungan menjawab hal ini. Lalu, aku akan menjawab cepat belajar, bisa bekerja sama dalam tim. Yap, walau aku pendiam dan bukan seseorang yang akan memulai duluan, aku bisa bekerja sama dalam tim. Sudah kubilang 'kan kalau aku cepat beradaptasi dengan keadaan. 

Jadi, mungkin saja skill terbaikku hanyalah itu. Kurasa, itu cukup. Hanya saja, skill-ku itu memiliki kekurangan. Aku mudah bosan. Ketika sudah mengerti sesuatu, rasa menarik akan hal itu akan segera hilang, lalu aku pun bosan. Apapun itu, baik dalam game, belajar, bekerja, semuanya. Sampai sekarang, aku masih mencari jalan keluar untuk mengatasi rasa bosan itu. Karena aku sama sekali tak tahu bagaimana caranya mengatasi hal ini sama sekali. Satu-satunya cara yang terpikirkan adalah dengan menekannya.

Emoticon terkadang bisa digunakan saat kita tak tahu harus membalas dengan kata apa. Aku merupakan orang yang sering menggunakan emoticon saat tak tahu harus bagaimana merespon.
 

Emoticon 🤔🤔🤔

Nah, emot di atas, tuh. Menurutku, emot paling juara sih. Waktu aku gak tahu harus nulis apa dan gimana harus ngerespon, ya tinggal kirim itu aja. Mewakili banget sih kalau menurutku. Hahaha ...


Emoticon 😭😭😭

Kalau yang ini, sih. Gak tau kenapa, ya? Rasanya imut banget aja. Makanya suka. Hahaha. Aneh, ya? Biar aja. Ini emot juga lumayan sering aku pakai. Apapun keadaannya sih, waktu ketawa atau emang beneran mau nangis. 

Kayaknya itu aja sih emot yang sering aku pakai. Cukup sedikit, soalnya aku lebih suka pakai stiker daripada emoticon. Rasanya lebih puas aja kalau stiker, soalnya gede. Hehe.

Sekian jurnal gak jelasku hari ini, maafkan ke-gaje-an aku. Makasih sudah membaca.

Kalau minum, semua orang pasti butuh, ya? Tentu saja. Bahkan ada batasan minimal sehari itu harus minum 8 gelas air. Lalu, apa kamu sudah mencukupinya? Jawabannya, tentu saja belum. Aku adalah tipe orang yang kalau makan baru minum. Bahkan aku bisa makan tanpa minum. Bagiku, lebih penting makanan daripada minuman.

Terbalik? Yep. Memang benar. Karena pantangan makanku tak begitu banyak. Sedangkan minuman, itu cukup banyak yang tak bisa aku minum. Padahal varian minuman itu bisa dibilang sangat sedikit dibandingkan dengan makanan. Maka dari itu, aku merasa ini cukup menyebalkan.

Beruntungnya, untuk air putih aku tak memiliki masalah sama sekali. Bahkan itu satu-satunya minuman yang tak bermusuhan denganku. Tapi, bosan dong kalau tiap minum cuma air putih aja. Aku kan pengen es juga sesekali. Minum minuman yang manis dan segar. Cuma ya gitu, minuman manis yang pakai pemanis buatan itu, gak bisa aku minum. Menyebalkan.

Untuk suhu air yang aku minum, aku tak pernah mempermasalahkannya. Bagiku, air putih mau suhu normal, panas, atau dingin. Rasanya tetap satu, melegakan tenggorokan. Wkwkwkwk .... Benar. Aku tak mengada-ngada. Bagiku sama saja, mau air panas, dingin, atau normal. Karena air begitu masuk tubuh, ya tubuh kita akan menyesuaikan suhu air tersebut.

Hal pertama yang aku lakukan saat bagun tidur .... Tentu saja! Tidur lagi! Hahaha.
Sumpah, ini bukan bohongan. Begitu bangun, aku bakal tidur lagi. Yah, kalau waktunya masih sempat, aku bakal tidur 15 menit lagi. Akan tetapi, kalau waktunya sudah mepet, 5 menit pun tak apalah. Kalau untuk tidur, bagiku 5 menit itu berharga.

Hari Senin - Sabtu


Kegiatan pertama setelah bangunku yang kedua itu, langsung mandi, cuci muka, dan gosok gigi. Setelahnya, menyiapkan sarapan untuk diri sendiri (kalau dompet sedang sekarat). Lalu, membilas ulang kotak makan. Setelahnya, menyiapkan bekal untuk dibawa ke kantor. Lalu, berangkat ke kantor. 

Yap. Kalian gak salah baca, kok. Emang hari-hariku semembosankan itu. Pulang kantor, kalau lagi gak ada project nulis, ya chat sambil tiduran sampai mata sepet. Lalu, pergi tidur untuk bisa mengulang kembali kegiatan pagi hari itu.

Hari Minggu & Libur


Kalau ini sih, jangan ditanya lagi. Habis bangun kedua kali. Ya, tidur lagi. Tidur terus sampai siang. Terus mandi buat makan siang. Habis itu bengong sampe jam makan malam. Baru bisa tidur lagi.

Kok bengong? Ya, iya. Kalau hari libur atau minggu itu juga merupakan hari liburnya mataku untuk menatap layar ponsel. Di hari libur ini, aku sama sekali tak ingin berinteraksi dengan orang-orang. Dan hanya orang-orang terpilih saja yang akan kubalas chat-nya di hari itu, walau hanya sekali. 

Kalau boleh jujur, aku sih udah jarang baca buku. Buku fisik maksudnya. Jadi, aku udah gak ingat lagi buku terakhir yang aku baca itu apa. Bisa saja itu skripsi aku, atau buku-buku yang memuat teori pendukung untuk skripsi aku. Yang itu berarti, udah dua tahun lamanya. 

Aku ada sih, buku baru. Akan tetapi, aku lagi gak ingin baca buku baru. Padahal buku itu buku novel dari penulis favoritku 😭😭😭😭. Kalian pasti tau. Judulnya The Star And I karyanya Ilana Tan. Kalau tau, jangan spoiler, ya. 

Untuk buku digital, apa ya? Kesatria Bulan kah kalau tidak salah judulnya. Novel karya Kak Ary Nilandari. Itu juga, aku belum baca sampai habis. Novel itu aku baca sekitar 1½ bulan yang lalu. Sudah lama. Benar. Sudah lama sekali malah.

Sekarang, aku lebih suka baca manhwa online. Entahlah, sebenarnya dari dulu aku lebih suka melihat gambar-gambar indah daripada hanya sederetan kata. Alasannya simpel, walau bahasa mahwa itu aku gak ngerti. Akan tetapi, aku masih bisa menerka bagaimana jalan cerita manhwa tersebut melalui gambarnya.

Kalau novel, aku tak bisa seperti itu. Apalagi dengan genre kesukaan aku: science fiction, mistery, thriller. Sedikit saja aku tak mengerti, maka aku tak bisa menyelesaikan teka-teki yang ada di dalam novel itu. Karena potongan puzzle yang kukantongi tak lengkap. 

Aku tak begitu menyukai bahasa. Bahasa itu ribet. Mau itu bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Aku sama sekali tak suka keduanya. Akan tetapi, apa mau dikata? Bahasa itu penting. Makanya aku harus tetap belajar. Cuma ya gitu. Kemampuan otak yang tak cukup membuatku pusing karena banyak yang tak bisa kukuasai. Maka dari itu, aku tak begitu suka buku yang full dengan sesederetan huruf saja. Itu juga yang menjadi alasan aku malas membaca selagi ada banyak manhwa yang menarik perhatianku.

Outfit itu hal yang sangat diperlukan jika kita ingin keluar rumah. Outfit yang nyaman sekaligus kece itu tentunya akan sangat menyenangkan hati kita. 

Yak, gak usah berlama-lama lagi. Jadi, outfit favoritku itu simpel saja. Gak usah yang mewah-mewah atau ribet.

Outfit di Luar Rumah


1. Baju yang Nyaman.
Baju paling nyaman menurutku itu kaos. Kaos yang ukurannya lebih besar dari tubuhku. Aku lebih suka kaos yang kebesaran karena menurutku itu gak bikin sesak. Lalu, selain besar, tentu saja kaosnya itu harus lengan panjang.

Tapi, lucunya, aku jarang pake kaos lengan panjang. Kok bisa? Ya, bisa lah. Soalnya kata Mamaku, "kayak orang sakit aja pake lengan panjang." Itulah kenapa aku jarang beli kaos lengan panjang. 

Cuma, ya, tetap saja. Bagiku, baju terfavorit itu kaos lengan panjang. Kalau ditanya kenapa, jawabannya ada dua. Alasan pertama, tanganku belang. Jadi untuk menyembunyikan belangnya, tentu saja aku harus pakai celana panjang. Dan alasan keduanya, aku orangnya agak jijikan. Aku gak suka bersentuhan kulit sama orang. Gak tau kenapa, gak suka aja. Mau ngatain aku sombong? Silakan, nah.

2. Celana Jeans Panjang.
Celana jeans itu memang celana yang paling nyaman dipake ke mana aja dan di mana aja. Tentu saja celana jeans dengan warna yang bukan warna gelap. Kalau warna gelap, dipake pas lagi naik motor. Pahanya panas, cuy. Apalagi kalau warnanya item. Ya sudahlah. Terima saja kalau pahamu kebakar begitu sampe rumah.

Alasannya, kurang lebih sama kayak yang di atas. Karena kakiku belang, jadi aku lebih suka pakai celana panjang. Karena aku orangnya jijikan, aku lebih suka pake celana panjang. Lalu, ada beberapa alasan tambahan lainnya. Contohnya kayak, kalau pakai celana panjang pas malam dan lagi ada di outdoor gitu, gak digigit nyamuk. 


Outfit di Dalam Rumah


Kalau ini sih, gak usah ditanya lagi ya. Tentu saja baju tipis yang kegedean sama celana pendek yang bakal jadi juaranya. 

Kalau baju kegedean, kalian udah tau lah ya? Itu karena gak bikin sesak. Kalau tipis sih biar adem aja. Kalau celana pendek mah, gak usah ditanya. Tentu aja biar geraknya enak. Dan juga lebih adem sih. 

Cuma, ya, ini pakaian yang kupakai di dalam rumah dan dengan catatan gak ada tamu yang datang. Tapi, kalau tamunya cuma sepupu yang dekat, ya gak bakal aku ganti. Kalau bukan sepupu, ya bakal kuganti.

Namaku itu, panjang. Kalau ditanya suka gak suka. Jawabanku tergantung. Kalau pas lagi UN, ya gak suka. Kalau pas lagi gak UN ya suka-suka aja.

Sekarang, namaku terdiri dari 3 suku kata. Akan tetapi, yang aku dengar dulu. Namaku hampir ada 5 suku kata. Jika saja ini benar terjadi, mungkin pas ngisi lembar jawaban komputer pas UN aku bakal nangis karena waktuku terbuang percuma buat ngisi data diri doang.

Menurut cerita yang kudengar dari Mama dan Papa, 2 suku kata yang terbuang adalah Dewi dan Purnama. Kenapa dibuang? Alasannya karena staf yang bikin akte kelahiranku bilang namaku kepanjangan. Ya, aku setuju. Kalau boleh dibilang, sejujurnya aku berterima kasih padamu Om/ Tante.

Ngomong-ngomong, alasan kenapa dua kata itu hampir masuk ke dalam namaku karena aku anak kedua, yang bisa juga disebut dengan Dwi atau biar enaknya Dewi. Lalu, pas aku lahir bulan purnama masih menggantung dengan cantiknya di langit malam. Makanya hampir tersemat Purnama di namaku.

Walau pada akhirnya namaku adalah nama yang diberikan oleh tanteku yang katanya diambil dari buku. Akan tetapi, tak mengapa. Menurutku cukup bagus juga walau agak mengesalkan karena banyak yang tak bisa memanggil namaku dengan benar.



Banyak hal yang bisa membuat mood-ku jelek. Namun, yang bikin mood kembali bagus itu tak banyak. 
 

Denger Lagu

Ini bisa dilakukan di mana ada dan kapan aja. Yang penting adalah memiliki earphone dan juga ponsel dengan batre yang masih full. Karena hal ini, barang wajib yang kubawa ke mana-mana itu, ya earphone dan ponsel dengan batre yang full. Rasanya menenangkan saat mendengar suara musik yang keras masuk ke dalam gendang telinga dan menutupi suara sekitar. Walau aku tahu, mendengar lagu dengan volume tinggi itu tak bagus, tetapi mau bagaimana lagi? Hanya itu salah satu cara untuk menenangkan diriku.
 

Coklat

Siapa sih yang bisa menolak pesona coklat? Kalau aku pribadi sih, No! Jujur saja, aku tak akan menolak coklat di situasi apapun, terutama ketika sedang dalam mood yang jelek. Mungkin ini karena coklat bisa meningkatkan hormon serotonin dalam otak yang dipercaya sebagai hormon yang dapat memberikan rasa tenang dan senang.

Tidur

Aku gak tahu kenapa, tapi rasanya. Setelah bangun dari tidur seharian itu agak tenang. Mau seburuk apapun mood-ku sebelum tidur, setelah bangun aku akan merasa sedikit lebih tenang. Jadi, bergelung di bawah selimut itu selalu aku pikirkan ketika aku merasa mood-ku anjlok

Menulis

Kegiatan ini, bisa membuatku sedikit lebih tenang. Tentu saja tulisan yang kubuat biasanya tulisan penuh darah dan kekerasan. Hahaha .... Bagiku, membunuh orang yang membuat mood-ku jelek dalam tulisan itu sedikit meredakan kemarahan dan juga kesedihan. Lagi pula, tak ada hukumnya yang melarang untuk membunuh di atas kertas, 'kan? Jadi, gak ada salahnya 'kan kalau aku membunuh orang di atas kertas dan pikiranku. 

Bermain Game

Sebernarnya kegiatan ini sudah jarang kulakukan lima tahun belakangan. Ah, tidak. Maksudnya satu minggu belakangan aku kembali bermain game kembali. Sebenarnya, daripada untuk menaikkan mood. Kegiatan ini lebih ke untuk mengurangi kebosenan. 
 
 

Yah, begitulah 5 kegiatan yang biasa kulakukan untuk memperbaiki mood. Adakah kegiatan di atas yang sama dengan yang kalian lakukan juga? 
p.s : Tolong jangan tanya kenapa jalan-jalan atau curhat itu tak termasuk ke dalamnya. Haha. Karena jawabannya simpel. Aku gak punya temen buat diajak jalan, dan temen curhatku dikit.

Ehei! Kalau ini, sih, gak usah ditanya kali, ya. Jelas aja cuma dua orang, Safa dan Zul Zul. Namun, karena sekarang Safa sudah sibuk sama kuliahnya, jadi sekarang lebih sering Zul Zul, sih. Aku kenal mereka dari bermain wattpad. Kalau di real life, gak ada. Kalau ada, mungkin cuma sepupu aku yang kurang asem. Sepupu asem yang bisa-bisanya jam 10 malam bawa pacarnya ke rumah minta makan, Huhu.

Safa

Biasanya, aku memang jarang curhat-curhat gitu ke orang. Cuma, aku tahu, kalau semua disimpan sendiri, ya bakal gila. Orang pertama yang aku ajak berbagi soal masalah perasaan dan pemikiran terdalam aku itu Safa. Walau umurnya lebih muda, tapi pemikirannya dewasa dan terbuka. Itu yang bikin aku senang curhat sama Safa. Dia gak pernah nge-judge aku gimana pun pemikiranku. Bahkan ketika pemikiran kita berbeda, dia gak pernah memaksakan pemikirannya ke aku.
 
Awalnya aku curhat-curhatan ke dia itu agak lucu sebenarnya. Karena kami sama-sama tertutup. Akhirnya kami bikin semacam games gitu. 30 Hari Ber-diary. Setiap hari selama Bulan X (yang pastinya bulan itu, waktu itu kalau gak salah April), aku malamnya bakal chat dia. Ngelaporin apa aja yang aku lakuin, aku rasain, dan apa yang aku pikirkan di hari itu. Dan dia juga ngelakuin yang sama. Setelah masing-masing dari kita curhat, kita bakal bahas soal hari kita itu, entah itu saling menyemangati atau sama-sama ngomelin hari yang jelek.

Sekarang sudah jarang chat sama Safa, soalnya dia sibuk. Gak tahu sibuk apaan. Aku kangen tau. Wwkwkwkwkkw. Jangan ilang-ilangan dong, Saf. Ayo main diary-diary-an lagi.

Zul Zul

Zul Zul itu tempat curhat yang paling asyik. Senangnya, dia gak menghujatku atau mencapku macam-macam ketika aku sedang jatuh dan berpikir di luar nalar. Dia juga gak maksa aku harus ini atau harus itu. Dia paham dan mengerti. Itu yang aku sukai darinya. 

Lalu, Zul itu juga temen nge-random yang paling kece. Kenapa? Dia selalu bisa gitu ngerti apa aja yang lagi aku bikinin jokes. Selama ngebanyol sama dia, gak pernah garing deh. Kami selalu bisa saja, lagi bahas sesuatu yang serius, tiba-tiba di balon chat setelahnya bakal nge-random hal yang di luar pembahasan. Tapi, Zul bisa selalu nangkep apa yang lagi aku maksud.

Sesi curhat sama Zul itu, gak pernah berakhir dengan nangis atau gimana. Selalu berakhir dengan ngakak sengakak-ngakaknya. Karena itu tadi, kami tak pernah bisa serius. Hahaha

Cuma, terkadang Zul itu agak lemot. Jadi, bikin kesel juga ngakak. Dia satu-satunya orang yang kalau misalnya di seharian itu gak ada chat masuknya bakal bikin aku bertanya-tanya. "Ini orang ke mana, sih? Apa lagi sibuk atau gimana? Kenapa gak chat?".


Begitulah dua orang yang sering kuceritakan tentang diriku. Mereka orang yang baik. Jadi, aku sayang mereka. Haha

p.s. Jangan bosan-bosan ya aku ganggu mulu. Terutama kamu, Zul.

Dulu punya. Iya, dulu. Sekarang gak punya. Dan tau gak ada fun fact-nya. Peliharaanku dulu adalah anjing, sejenis anjing kampung gitu, tetapi aku malah takut anjing 😭😭😭😭. 

Aku masih ingat bagaimana bentuknya, warnanya hitam dengan tinggi yang melebihi aku (saat itu). Lalu aku beserta kakak adik yang tak kreatif juga tak tahu namanya memanggilnya dengan sebutan Blackie (Tulisannya gimana? Maap, kami hanya manggil, gak pernah tau tulisannya gimana)

Pas itu, aku masih TK, umurku sekitar empat atau lima tahun. Di rumah itu, ada halamannya. Jadi tak masalah jika memiliki peliharaan. Lalu, mengingat di sana juga rawan maling, maka dari itu lebih tak masalah lagi jika kami memiliki Blackie yang siap menjaga setiap saat. Hahaha

Setiap mau keluar rumah atau mau masuk ke dalam rumah, aku pasti akan menyuruh salah seorang dewasa di keluargaku untuk memegangginya. Entah itu adiknya Papa atau abangnya Papa yang kebetulan sedang datang ke rumah. Pokoknya seseorang harus memegangi anjing itu dulu, baru aku mau masuk rumah. Selama tak ada yang memegang anjing itu, aku sama sekali tak bisa masuk rumah karena ia berada di dekat pintu masuk. Beruntung halaman rumah waktu itu cukup luas dan banyak pohon, jadi aku tak perlu takut tak ada tempat berteduh atau bagaimana. 

Setelah berusia 7 tahun, kami pindah dari rumah itu, ke sebuah komplek perumahan. Dan kami tak bisa membawa Blackie ikut serta, itu adalah saat terakhir aku melihatnya. Kabar terakhir yang aku tahu, ia diasuh oleh salah seorang tetangga sebelum meninggal karena usianya yang sudah cukup tua.

Lalu, untuk saat ini. Aku masih belum dan tidak mempunyai pikiran untuk memelihara binatang lagi. Ah, kalau cacing di dalam perut bisa termasuk peliharaan. Aku akan memasukkannya ke dalam daftar. Hahaha.

Satu hal lagi yang aku ingat dari Blackie. Sebenarnya dia bukan anjing yang nakal. Ia bahkan cenderung jarang menggonggong, tetapi aku tetap takut padanya.

Wah! Ini sih banyak, ya. Apa harus kujabarkan satu per satu? Kalau gitu sih, nanti banyak yang tahu kebobrokan aku dong, ya? Hahaha
 

Please, Stop!

Kalau boleh, aku mau teriak aja nih buat diriku sendiri. Biar dianya nyadar sama gak ulangi lagi.
 
1. Woi! Nyadar diri, ya! Lambung lu bisa rusak kalau makan siangnya terus-terusan jam 3 sore. Jadi, Stop! Stop! Makan siang jam 3 sore. Kalau jamnya makan, ya, makan. Bukannya malah main atau kerja seenak jidat lu pake alasan masih belum lapar. 
p.s : Ini, nih, yang paling penting! Kalau Minggu itu, jangan gak makan, ya. Udah kangen banget, ya sama malaikat maut? Hah?! Emang lu kira malaikat maut itu semua mempesona kayak yang ada di manhwa-manhwa? Nyadar, yaa!

2. Stop bilang nanti-nanti!
Kalau lu bilang "nanti", yakin deh! Pasti gak bakal lu kerjain. Jadi, please banget. Stop nanti-nantian kalau ada tugas. Lagipula, siapa yang bisa tahu situasi "nanti"-mu itu seperti apa? Bisa aja 'kan kalau "nanti"-mu yang udah sampai itu, kamu malah sibuk atau gak bisa ngerjain hal itu.

3. Stop Moody-an!
Kerjain sesuatu jangan moody-an! Itu gak bagus. Coba bayangkan! Kalau mood lu jelek terus? Lu gak mau kerja terus gitu? Ya, gak boleh lah! Kerja ya tetap harus! Mau uang, 'kan? Mau makan, 'kan? Pengen tas baru, 'kan? Pengen HP baru, 'kan? Pengen bangun rumah sendiri, 'kan? Jadi stop kerja berdasarkan mood!

4. Apa lagi, ya? Yah, pokoknya kurang lebih gitu deh..
Mungkin, kalau bisa belajar biar lebih pinter sembunyiin emosi lu kali, ya? Stay cool and keep calm. 
:) Peace ^^



Agak malu sebenarnya, tapi kurasa aku harus mengatakan ini pada diriku sendiri. Lagi pula, harus self love, 'kan? Baiklah, aku akan menganggap kalau ini adalah kesempatanku untuk melakukannya.

Terima kasih

Tentu saja, kata pertama yang ingin kukatakan pada diriku sendiri adalah terima kasih. Terima kasih karena sudah bertahan hari ini. Terima kasih karena sudah berjuang hari ini. Terima kasih karena masih bertarung hari ini. Dan masih banyak terima kasih yang lainnya.

Maaf

Ya, benar. Aku mau minta maaf karena lagi-lagi aku menyiksamu tanpa sadar. Maaf karena harus memaksamu untuk menekan emosimu lagi hari ini. Maaf karena lagi-lagi jadwal makanmu harus berantakan karena alasan sederhana, yaitu belum lapar. Maaf karena selalu diam dan tak mengerti keinginanmu yang sebenarnya.

Ayo Berjuang lagi Besok!

Yap, mari kita berjuang lagi besok. Lalu besoknya lagi, besoknya lagi, dan besoknya lagi. Terus berjuang sampai malaikat maut mau bertemu dengan kita.

Manusia membutuhkan motivasi untuk terus bergerak maju, sama halnya dengan diriku. Bagiku, hal-hal yang bisa memotivasi itu bisa saja dari luar, maupun dalam.

Motivasi dari Luar

Motivasi dari luar itu, gampang dicari. Menurutku, ini merupakan beberapa hal yang bisa memotivasi diriku dari pihak luar.
1. Semangat dari Teman
Ya, aku bakal mengakuinya. Walau aku tak memiliki banyak teman, semangat dari teman itu sangat ampuh untuk memotivasi kita untuk tetap bergerak maju. Aku tak akan bohong, karena memang begitulah kenyataannya. 
2. Pesan atau Kalimat Semangat yang Tersebar di Sosial Media
Terkadang, ketika sedang jatuh, satu-satunya pelarianku hanyalah sosial media. Di sana, banyak hal yang bisa kuliat. Jika kalian mau, kalian juga bisa melihat berbagai pesan atau kalimat-kalimat yang ingin kalian dengar di berbagai sosial media. Entah itu tiktok, instagram, facebook, atau yang lainnya. Banyak sekali orang yang memublikasikan video atau gambar yang berisi penyemangat di kala jatuh dan lain sebagainya.
3. Ingatan bahwa Kita Masih Lebih Beruntung
Sebenarnya, ini toxic dan aku mengetahuinya. Aku rasa, kalian pun tahu, tetapi entah hanya berpura-pura tak tahu atau menutup mata kalian saja. Sejujurnya, ini tak boleh. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Ini sedikit melegakan ketika mengetahui adanya temen seperjuangan yang berada nun jauh di sana. Kita sama-sama berjuang melawan diri kita yang lemah walau kita tak saling kenal

Motivasi dari Dalam

Motivasi dari dalam itu, tentunya dari diri kita sendiri. Bagiku, motivasiku dari dalam ialah keras kepala. Pasti semua heran saat membaca ini, tentu saja.
Akan tetapi, kalian boleh tenang, karena mata kalian tidak salah. Memang benar, bagiku keras kepala adalah bahan bakar untukku terus maju ke depan.
Dengan bersikap keras kepala dan tak mau kalah dengan yang lainnya, aku berharap pasti bisa seperti orang-orang suskses yang lainnya.

Hal yang ingin aku ikhlaskan ... banyak. Yah, mungkin banyak. Entahlah, aku tak tahu. Akan tetapi, bisa saja tidak ada sama sekali.
 
Ikhlas itu sama seperti perasaan merelakan. 'kan? Untuk saat ini ataupun untuk saat-saat yang sudah lewat, kurasa sudah tak ada penyesalan sama sekali. 
 
Menurutku, penyesalan itu adalah emosi negatif yang tak berguna sama sekali. Dia bisa membuat kita berjalan di tempat, sementara seharusnya kita bergerak maju apapun yang terjadi.

Jadi, kesimpulan untuk pertanyaan ini, sepertinya tak adahal hal yang paling ingin aku ikhlaskan dalam hidupku karena tak ada satu hal pun yang aku sesali sejauh ini.
 
Kekecewaan itu emosi yang mewah(?), setidaknya itulah menurutku. Kekecewaan akan hadir saat kita berharap. Akan tetapi,  karena aku sudah tak memiliki harapan akan apapun. Kurasa untuk saat ini, tak akan ada kekecewaan yang menhampiri.

Entahlah, apa hanya untuk saat ini atau ke depannya juga akan terus begitu. Yang pasti, sudah sejak lama aku tahu bahwa harapan itu racun. Racun yang akan membunuhku dengan perlahan dengan nama kekecewaan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk tak menyimpan racun tersebut.

Kalau gak ingin menyimpan kekecewaan, lantas jadi gak simpan harapan, hidupmu jadi tak berarti dong? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Akan tetapi, siapa yang peduli. Bagiku, selama aku tak merugikan atau membahayakan orang lain itu sudah lebih dari cukup.

Intinya, kekecewaan itu, aku tak akan merasakannya lagi karena saat ini maupun ke depannya aku tak akan menaruh harapan pada apapun. Baik pada benda ataupun manusia. Itu melelahkan.
Tak ada yang istimewa dari keluargaku. Sama seperti keluarga lainnya. Terkadang, kami bercerita dengan akrab, bercanda, dan juga bertengkar. 

Ah, kalau dipikirkan lagi. Mungkin ada satu. Keluargaku itu bisa digambarkan dengan satu kata ... diam. Hayoooo .... Adakah dari kalian yang paham? Gak,ya?

Tenang aja. Kalian gak salah baca kok. Benar kata itu mendeskripsikan keluargaku. Entahlah, menurutku itu kata yang cocok. Aku mempelajari "diam" di keluarga kecilku.

Saat marah, untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Kami lebih sering diam. Sampai-sampai, aku sering mendengar kalimat seperti ini yang terlontar dari mulut tetangga, "Keluarga kalian enak, ya? Adem. Gak pernah terdengar suara berantem."

Aku tak tahu apa yang enak dari keluarga yang seperti ini. Mungkin benar enak, tetapi mungkin juga tidak. Akan tetapi, jika ditanya menyesalkah aku berada di sini. Jawabanku, tidak. Aku tak menyesal sama sekali.

Aku senang dengan keadaan sekarang. Mungkin karena aku tak suka berisik, jadi aku menyukainya. Walau mungkin saja kalau aku berada di keluarga yang berbeda pemikiranku akan berbeda. Akan tetapi, yang terpenting kan keadaan yang sebenarnya. Seperti ini keadaan keluargaku dan seperti inilah keadaanku. Jadi, menurutku, untuk saat ini, ini yang terbaik.

"Kak, aku lapar," rengek adikku sambil menatap memohon padaku.

 

Aku tahu. Aku juga lapar. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Kita memang tak memiliki persediaan makanan sama sekali. Mama dan Papa sedang mengalami kesulitan uang. Sudah beberapa minggu terakhir ini kami harus mengikat perut erat-erat.

 

Ini semua berawal dari kedatangan tiba-tiba seorang pria kasar untuk mengambil mobil yang biasa Mama gunakan untuk usaha kecilnya. Aku saat itu—bahkan sampai saat ini—tak mengerti sama sekali sebenarnya apa yang tengah terjadi. Yang kutahu hanyalah keadaan ekonomi kami sedang sulit.

 

“Kamu makan ini aja, Dek.” Ana menyodorkan sebungkus roti membuatku menatapnya dengan kening berkerut. Ana yang mengerti kebingunganku pun menjawab sekedarnya, “Tadi aku beli. Pake uang tabungan aku.”

 

Ya, mengorek tabungan bukan lagi hal yang aneh untuk kami berdua. Keadaan ini sudah berlangsung selama tiga minggu, makanya aku sudah tak kaget lagi. Akan tetapi, mau sampai kapan? Tabungan dari hasil mengumpulkan uang jajan yang tak seberapa pun sudah mulai menipis.

 

“Kalau nanti tiba-tiba mau beli buku atau keperluan praktik gimana?” Membeli keperluan praktik di sekolah kami adalah hal yang lumrah. Walau kami masih kelas 4 SD, tetapi terkadang kami melakukan praktik.

 

Ana mengangkat bahunya tanda tak tahu. “Itu masih belum pasti. Kalau emang perlu, nanti baru pikirin lagi aja. Yang penting kan sekarang, bukan nanti,” jelasnya membuatku mengangguk-anguk. Benar katanya, lagipula kita hidup sekarang, bukan nanti. Jadi, tentu saja saat ini lebih penting daripada nanti yang masih tak jelas.

 

“Dek, sini, makan,” titah Mama membuat kami serentak berjalan menuju ruang makan. “Maaf, ya, cuma ada nasi keras sama mie instan kuah,” lanjut Mama tersenyum sendu.

 

“Gak apa, kok, Ma. Lagian ini enak.” Aku menggeleng pelan seraya menyeruput kuah mie dan melahap nasi keras itu. “Terus kalau pakai kuah, nasinya jadi gak keras lagi,” jelasku seraya melahap sesuap nasi lagi.  

 

 “Mama berencana jual rumah ini. Gak apa, ‘kan?” tanya Mama tiba-tiba.

 

“Jual aja, Ma. Gak apa, kok. Lagian rumahnya ‘kan emang terlalu besar buat lima orang. Kita bisa pindah ke rumah yang lebih kecil kayak rumah nenek,” dukungku setelah sempat terdiam selama beberapa detik untuk mencerna pertanyaan Mama. Aku menatap Ana yang mengangguk setuju.

 

“Bener, Ma. Jual aja,” dukungnya juga seraya tersenyum.

 

Mama tersenyum sendu. Aku mengerti, pasti sedih menjual rumah sendiri setelah bertahun-tahun berusaha membelinya. Kalau saja itu aku, aku pun pasti tak akan rela. Namun, untuk saat ini kita memang tak punya pilihan lain. Mama mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Walau senyum manis menghiasi wajahnya, di kedua pipinya terdapat sungai kecil yang mengalir deras.

 

“Maaf, ya, Sayang. Nanti kalau usaha Mama sama Papa udah kembali seperti semula, kita beli rumah yang lebih bagus lagi, ya?” janjinya membuat kami hanya mengangguk patuh.

 

“Kenapa, ya? Orang yang katanya temen itu malah nusuk Mama dari belakang? Kenapa dia limpahin semua utang dia ke Mama dan kabur? Kenapa dia jahat banget?” celutuk Ana.

 

Mama mengelus puncak kepala Ara penuh sayang. “Biarkan saja, Sayang. Gak apa, kok. Yang penting sekarang kita masih sama-sama, ‘kan? Kita pasti bisa lewatin ini semua.”

 

***

 

Satu minggu berlalu sejak hari itu, kami pun benar-benar pindah di rumah yang baru. Rumah yang dikontrak oleh Mama menggunakan sebagian uang hasil menjual rumah yang lama.

 

“Kalian suka?” tanya Mama saat kami sedang membereskan kamar.

 

Ana mengangguk pelan. “Suka. Terus ini juga dekat sama rumah nenek. Jadi, lebih enak,” balasnya seraya mengulas sebuah senyum.

 

Benar katanya, tak sepenuhnya bohong. Walau rumah ini jauh lebih kecil dan bukan rumah sendiri. Rumah ini nyaman untuk ditinggali. Dan juga, dekat dengan rumah nenek.


Aku yang tengah tiduran di kasur terpaksa bangkit karena ditimpuk oleh Ara. Kutatap tajam kakakku yang kurang asem itu. "Apaan?" omelku galak.

"Bosan. Ngapain yuk," ajaknya seraya menarikku agar aku bangkit dari tempat tidur.

Rumah tengah kosong, hanya ada kami berdua. Adikku tengah pergi keluar menemui temannya. Kulirik Ara yang masih setia berdiri di sampingku sembari berpikir apa yang harus kita lakukan.

"Kenapa kita sering banget di rumah, ya?" celutukku tiba-tiba membuat perhatiannya teralihkan padaku.

Ara mengangkat bahu tanda tak tahu. Sedetik kemudian, keningnya berkerut, tanda ia tengah berpikir keras. "Mungkin karna kita gak punya teman," ungkapnya terdengar begitu santai.

Menyedihkan! Walau begitu, aku tak bisa membantah sama sekali. Kita memang jarang bergaul dengan orang lain. Saat kecil, aku hanya punya dia dan dia hanya punya aku. Kami selalu berdua, ke mana pun dan saat melakukan apapun. 

Tak pernah rasa sepi datang menghampiri kami berdua. Entah apa yang kami pikirkan saat itu, tetapi sepertinya kami berdua saja sudah cukup untuk satu sama lain. Apa ini hanya pemikiranku saja, aku tak tahu karena tak pernah menanyakannya.

"Aku kangen bermain sama Lina," ucapku saat nama teman yang sudah bermain denganku sejak SD itu kembali terlintas di otakku.

"Eh? Tiba-tiba?" tanyanya kaget.

Yah, sebenarnya bukan tiba-tiba juga. Entahlah, aku tak tahu. Akan tetapi, sekarang aku sudah tak bisa menemuinya lagi karena Desember tahun kemarin ia telah pergi ke tempat yang jauh. Untuk saat ini, aku hanya bisa mengharapkan ia akan terlahir kembali dengan keadaan yang lebih bahagia karena menurutku dia adalah orang yang baik.
Wah! Pertanyaannya ... bikin speechless. 😶😶😶

Eum .... Menurutku, gimana, ya? Sampai sekarang, aku juga bingung kalau mau sesuai passion atau tuntutan lingkungan. Tapi, sebelum itu, aku agak kurang paham dengan pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan lingkungan itu yang gimana? Apa tuntutan lingkungan itu adalah pekerjaan yang menurut orang-orang sekitar bagus atau bagaimana?

Namun, setelah tercerahkan oleh Zul kalau pertanyaan yang sesuai dengan tuntutan lingkungan itu adalah pekerjaan yang menjamur seperti admin dan sebagainya. Jawabanku, sebenarnya sama sih, tergantung.

Lah? Ngajak berantem nih memang. Hahaha .... Emang ngajak berantem, kok. Gak ding. Bercanda.

Ya, jelas jawabanku bakal tergantung. Jika ditanya, tergantung apa. Menurutku ada beberapa pertimbangan.

1. Pekerjaan mana yang lebih cepat aku dapatkan.

2. Gaji yang disediakan oleh pekerjaan tersebut.

3. Sebelum itu, dan yang paling penting, aku harus tahu dulu apa passion aku. Wkwkwkwk


Dan karena alasan terakhir, sampai sekarang, aku masih bekerja dengan sesuai tuntutan lingkungan. Hehe ....



Rumah impian setiap orang pastinya beda-beda, ya. Ini kalimat apaan, sih? Hahaha. Maafkan aku.

Hmm .... Rumah impian, ya? Tentunya rumahnya harus nyaman dan gak berisik. Bersih, sejuk, dan apa, ya?

Kira-kira kalau ditanya keadaannya aku mau rumah yang kayak gitu. Kalau desainnya. Hmmm .... Pertanyaan yang cukup sulit.

Kalau bisa, rumah dengan banyak kamar. Ada ruang tamu, ruang kerja, kamar tidur, kamar mandi, ruang makan, sama ruang santai. Lah? Terus bedanya sama rumahnya orang-orang apaan?

Weits! Tenang! Sama aja, sih. Gak ada bedanya. Bagiku, daripada rumah. Aku lebih milih kamar impian. 

Aku pengen kamar yang ada 2 lantainya. Lantai pertama untuk aku kerja, di sana harus ada satu meja, satu kursi, terus ada printer. Lalu, ada rak buku sama lemari-lemari tempat aku naruh barang-barang.
Di lantai duanya, tentu aja harus ada tempat tidur dan sofa. Pokoknya lantai dua harus jadi tempat aku bersantai dan bersenang-senang.

Oh, iya. Aku juga ingin kamar yang ada balkon kecilnya di depan dan menghadap ke luar. Kalau bisa, sih. Pemandangan di luar harus cantik. Nah, di balkon itu juga ingin ada kursi yang nyaman untuk diduduki serta meja kecil yang bisa dipake buat kerja sama tempat naruh makan.

Hobi, ya? Hmm ... Tentu aja nulis. Jangan tanya kenapa! Eh, gak, ding. Canda. Boleh kok tanya. Wkwkwk

Kalau ditanya kenapa nulis? Jawabannya simpel. Karena dengan menulis, aku merasa lebih bebas. Aku bisa nuangin apa aja yang mengganjal di hati dan pikiran aku. Bebas. Gak akan ada yang protes ataupun sakit hati. 

Tentu saja gak semua tulisan bisa aku publikasikan. Ada beberapa jenis tulisan yang boleh dan tak boleh dipublikasikan. Aku juga mengerti hal tersebut.

Tulisan yang tak boleh dipublikasikan bagiku, adalah tulisan-tulisan yang berisikan tentang pandangan negatif aku ke orang-orang yang kutuliskan secara non-fiksi atau boleh dibilang curhatan aku mengenai kepribadian orang lain. Alasan aku tak boleh mempublikasikan tulisan tersebut. Tentu saja, karena tulisan tersebut akan membuat orang-orang salah paham. Karena apa yang kulihat dari seseorang, belum tentu juga dilihat oleh orang lain. Dan takutnya, tulisan itu akan menjadi acuan orang-orang untuk menilainya.

Lalu, tulisan yang boleh dipublikasikan menurutku itu ya sekedar tulisan fiksi atau tulisan yang memuat informasi.

Kalau ditanya, lebih suka fiksi atau non-fiksi, non-fiksi yang aku maksud di sini adalah tulisan yang membuat informasi, jawabanku adalah fiksi. Menulis fiksi menurutku lebih bebas. Jika aku sedang marah, aku tinggal mengubah objek amarahku menjadi tokoh. Kemudian menyiksanya habis-habisan. Anggap aja aku kejam atau apapun, terserah. Toh aku tak peduli. Yang penting aku bisa lega dan tak memendam semuanya sendirian.Lagi pula, membunuh di atas kertas tokohku tak membuatku kena hukuman apapun bukan?
Wah! Pertanyaan sulit, nih! Hahaha
Yah, jujur. Ini emang sulit banget. Lebih bagus dapat 100 pertanyaan mata pelajaran fisika. Sumpah! Gak boong! Eh, boong, ding! Hahaha

Mau dibilang sulit, gak juga, sih. Karna sebagai seorang anak, tentu saja cinta pertamaku itu orang tua. Dan sebagai seorang adik, tentu saja cinta pertamaku itu kakakku.

Loh? Kok jawabannya gak jelas gitu? Ya, memang. Pertanyaannya aja gak spesifik. Hahaha. Gak, ding. Canda. 

Yah, mari kita berpikir dari sisi yang lain. Kenapa saat pertanyaan ini diajukan, semua orang malah mengelak? Atau semua malah bertanya, kenapa pertanyaannya gini, sih? Padahal ini pertanyaannya simpel, loh.
 
Loh? Kok bisa? Bisa lah! Ayo, kita cari tahu dulu apa arti dari cinta itu sendiri. Nah, Cinta itu apa sih?

Pengertian Cinta

Menurut Wikipedia, Cinta adalah suatu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.
Nah, ini adalah cinta menurut wikipedia, emosi atau kasih sayang. Di sini gak dikatakan harus kepada lawan jenis, 'kan? Jadi, siapa aja boleh. Terus kalau sudah gini, masih susah juga jawabnya? Harusnya gak, dong.
 
Lalu, menurut KBBI sendiri. cinta/cin·ta/ a 1 suka sekali; sayang benar: orang tuaku cukup – kepada kami semua; -- kepada sesama makhluk; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan): sebenarnya dia tidak -- kepada lelaki itu, tetapi hanya menginginkan hartanya; 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu: makin ditindas makin terasa betapa -- nya akan kemerdekaan; 4 kl susah hati (khawatir); risau: tiada terperikan lagi -- nya ditinggalkan ayahnya itu;-- bebas hubungan antara pria dan wanita berdasarkan kemesraan, tanpa ikatan berdasarkan adat atau hukum yang berlaku;
-- monyet (rasa) kasih antara laki-laki dan perempuan ketika masih kanak-kanak (mudah berubah);
 
 Gimana? Sudah baca sendiri, 'kan? So, di pemikiran kalian cinta itu masih harus melulu soal lawan jenis? Atau sudah berubah? Kuharap berubah, ya. Kesimpulan dari pengertian tersebut. Cinta itu kasih sayang dan bukan melulu soal ke lawan jenis.

Cinta Pertamaku

Sekarang, kita balik lagi ke pertanyaan itu. Menurutku, sebagai seorang anak, adik, atau kakak. Tentu saja, cinta pertamaku itu keluargaku. Kenapa? Tentu saja, karena mereka adalah orang-orang yang patut kusayangi. (Yang ini aku gak bohong)

Walau keluargaku gak sempurna, dan memang gak ada keluarga yang sempurna. Kami sering berantem dan berselisih paham. Bahkan bisa juga sampai saling mendiamkan satu sama lain. Akan tetapi, mereka tetap orang pertama yang bakal selalu ada buat aku. Bisa dibilang rumah tempatku kembali. Tempat pertama di mana aku merasakan kasih sayang.

Jadi, begitulah jawabanku. Mau berapa kali kalian tanya pun. Jawabanku tetap satu, keluarga. Walau aku gak bisa memungkiri kalau mereka juga bisa saja jadi patah hati pertamaku. Tetap saja, mereka adalah cinta pertamaku yang mengajariku apa itu kasih sayang dan perasaan lainnya.