Terima kasih, sebuah ungkapan yang ditujukan kepada seseorang atas rasa bersyukurnya kita karena telah ditolong. Terkadang, orang-orang menyepelekan ungkapan ini. Padahal, ungkapan ini sangatlah berarti bagi beberapa orang—atau mungkin banyak.

 

Thank you, Me!

Hello, Me!
Gimana kabar kamu? Lelah, ya? Pasti capek, ‘kan? Iya, sabar, ya. Sebentar lagi. Cuma aku gak bisa bilang mau sampai kapan sebentar itu. Pokoknya, ayo berjuang sebentar lagi.

Ayo, kita berjuang yang rajin biar nanti semua rasa lelah kita bisa terbayarkan.

Kemaren Elsa pernah tanya, ya? Kapan aku gak sibuk. Terus jawaban aku “mungkin saat aku mati nanti.”

Ayo kita berdoa supaya itu gak terjadi. Aku kan juga mau ongkang-ongkang kaki sambil nerima uang. Wkwkwkw
Hei!

Aku mau bilang, makasih karena sudah berjuang sejauh ini. Karena sudah sejauh ini, gimana kalau kita jalan lebih jauh lagi. Jalan yang jauhhhhhhhhhhhh banget sampai kita nemuin pada bunga buat diri kita sendiri.

Jangan khawatir, nanti kalau keadaannya sudah agak membaik. Mari kita bersenang-senang, beli apa pun yang kamu mau. Entah itu tas atau jaket atau mungkin makanan.

Ayo berjuang sebentar dan jebol ke platform berbayar biar bisa nabung lebih banyak. Ah, terima kasih karena sudah mulai konsisten nulis biar bisa nambah-nambah tabungan ya.

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke5
#day15
#15daysjournalingchallenge

 

Di dalam hidup ini pasti selalu saja ada keadaan yang membuat kita jatuh. Kemudian, kita akan memilih untuk menyerah dalam segala hal. Termasuk pada hidup. Bila ditanya, apakah aku pernah mengalami hal tersebut? Aku akan menjawab sering.

 

Menyerah dengan Hidup

Setidaknya, pasti ada satu kali dalam hidupku aku pernah berpikir untuk menyerah akan semuanya. Yah, bukan sekali sebenarnya, sudah sering. Bahkan, di saat sekarang, saat aku menulis ini, aku berpikir untu menyerah akan segalanya.

Aku lelah dan capek akan semuanya. Padahal tak begitu banyak kegiatan yang aku lakukan, tetapi rasanya tubuh ini hampir copot semua. Hal-hal yang biasanya menyenangkan pun kini terlihat tak begitu menyenangkan lagi.

Setiap hari hanya ada pikiran-pikiran negatif yang datang untuk bertamu. Bukan hanya itu saja, mereka pun bahkan dengan seenaknya menguasai semuanya hingga semua keadaan dan semua orang terlihat buruk di mataku.

Aku selalu ingin menyerah akan semuanya. Apalagi ketika orang-orang mengatakan “tidak bisa” padaku. Padahal, aku yakin aku bisa. Namun, karena tak ada yang mendukung. Semuanya terasa semakin berat.

Saking beratnya, aku sampai berpikir, “Apakah aku memang segitu tak layakkah? Kalau begitu, buat apa aku hidup kalau semuanya tidak bisa aku lakukan atau aku kerjakan?”

Pada dasarnya, aku memang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Aku juga tak meminta bantuan kalian untuk membantuku mencapai semua tujuanku. Aku hanya ingin setidaknya kalian tidak menjatuhkanku kalau memang tidak ingin mendukungku.

Apa untungnya bagi kalian untuk menjatuhkanku? Aku tahu kalau aku yang berpikir bahwa aku hanya berdiri di tempat karena kalian itu sama sekali tidak benar. Pada dasarnya, aku memang pengecut yang tak bisa melakukan apa pun.

Namun, ada yang pernah mengatakan bahwa selama kita masih bernapas. Itu artinya kita masih diberikan kesempatan untuk melakukan apa yang akan kita lakukan. Melakukan apa yang kita inginkan dan gagal akan lebih berarti daripada duduk sambil menunggu kematian datang menjemput.

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke5
#day14
#15daysjournalingchallenge

 


Semua orang pasti akan menilai orang-orang yang ditemuinya. Begitu pula denganmu dan aku. Aku menilai dirimu dan dirimu menilai diriku. Itu adalah hal yang sangat wajar. Lantas, apa masalahnya?

Apakah penilaian orang lain terhadap dirimu atau diriku itu benar adanya? Ya, walaupun hal seperti ini tidak ada benar atau salahnya. Tentu saja tidak ada karena ini bukanlah ujian matematika yang jawabannya hanya satu.

Manusia itu abu-abu, tak ada yang 100% hitam dan juga tak ada yang 100% putih. Memang ada yang lebih condong ke putih atau hitam, tetapi bukan berarti mereka sepenuhnya hitam atau putih. Pasti ada sedikit saja warna putih di dalam hitam atau hitam di dalam putih.

Penilaian Orang Terhadapku

Setiap orang menilaiku sebagai pribadi yang berbeda-beda karena aku selalu memperlakukan orang lain sebagaimana orang lain memperlakukanku. Aku rasa, itu yang kalian sebut dengan banyak muka atau muka dua atau sebutan lainnya. Akan tetapi, bagiku itu berbeda. Itu bukanlah muka dua atau apa pun. Terserah kalian mau menganggap itu pembelaan atau apa, aku tidak begitu peduli.

Di Mata Orang Tua

Di mata kedua orang tuaku, aku dianggap sebagai anak pemalas dan pembangkang. Aku tak tahu mengapa, tetapi aku sering kali tergoda untuk membangkang setiap kali mereka memintaku untuk melakukan sesuatu. Padahal sebenarnya aku juga tidak begitu mengerti mengapa aku melakukan hal tersebut. Entah mungkin hanya karena ingin perhatian lebih dari mereka atau bukan.

Yah, aku memang sering kali mengatakan aku tidak peduli bahwa mereka menyayangiku ataukah tidak. Namun, saat kecil, aku juga ingin diperhatikan sedikit oleh mereka. Aku selalu merasa bahwa mereka jarang memperhatikanku karena mereka lebih menyayangi kakak atau adikku. Mungkin karena keinginan masa kecil yang tak tercapai itu aku lebih sering membangkang. Akan tetapi, sekarang sudah tidak begitu lagi.

Aku lebih sering memilih untuk mendiamkan kedua orang tuaku ketika aku sedang lelah pada mereka. Aku lebih senang dengan perilaku seperti orang asing yang saat ini kami jalani.

Di Mata Teman

Nah, untuk ini sangatlah banyak. Ada yang menganggapku judes, frontal, bermulut pedas, cuek. Untuk ini, aku mengakuinya. Semua itu benar. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa aku lebih senang sesuatu yang praktis.

Tentu saja. Siapa yang tak senang dengan sesuatu yang praktis. Hal itu tidak merepotkan dan bisa mempersingkat waktu sehingga waktuku untuk bermalas-malasan bisa lebih panjang.

Namun, ada satu penilaian yang menurutku kurang cocok. Aku mengenal seorang teman dari sebuah grup kepenulisan dan ia mengatakan bahwa aku adalah orang yang lucu. Sebelumnya, aku belum pernah mendengar hal itu dan aku rasa image lucu sama sekali tak pantas bersanding denganku.

 

Yah, apa pun penilaian orang terhadapku. Tidak ada dari penilaian tersebut benar ataupun salah. Semuanya benar karena begitulah image-ku tercipta di mata mereka. Aku hanya menyesuaikan perilakuku dengan perilaku mereka sehingga apa yang mereka dapatkan pasti selalu berbeda-beda.

Terkadang, aku bersikap kekanakan pada orang yang kenakan. Aku juga bisa bertingkah menyebalkan pada orang yang menyebalkan. Di lain waktu, aku bisa bertingkah dewasa ketika orang-orang bersikap dewasa. Apa pun itu, memang begitulah caraku membawa diri dalam pergaulan. Mungkin di mata beberapa orang aku itu palsu. Akan tetapi, bagiku itu adalah diriku yang asli. Tergantung sikap dan sifat seperti apa saja yang bisa kalian pancing untuk aku keluarkan saat bersama kalian.

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke4
#day13
#15daysjournalingchallenge

 


 


Kesalahan

Semua orang pastinya pernah melakukan kesalahan. Tidak! Dalam sehari, pasti semua orang akan melakukan kesalahan—baik besar maupun kecil—seminimalnya satu kali. Tentunya, kesalahan kecil akan bisa ditoleransi dengan mudah. Berbeda dengan kesalahan besar.

Memang benar ada kesalahan besar yang bila bisa diperbaiki, lalu berubah menjadi kesalahan kecil akan bisa ditoleransi. Bahkan, terkadang, kesalahan seperti itu akan dilupakan begitu saja.

Kesalahan Orang Lain : Maafin vs Lupain

Bagaimana bila seseorang melakukan kesalahan padamu? Apa kamu lebih memilih untuk memaafkannya begitu saja? Atau tanpa ia meminta maaf pun kau sudah melupakan kesalahan tersebut?

Kalau itu aku, aku akan menjawabnya tergantung. Tergantung kesalahan seperti apa yang ia perbuat. Karena di mata semua orang selalu berbeda-beda. Bisa saja kesalahan seperti menghilangkan uang Rp.100.000,- di mata orang kaya itu adalah kesalahan kecil. Akan tetapi, di mata orang yang sedang kesulitan ekonomi, itu tentu merupakan kesalahan yang sangat besar dan tak termaafkan.

Kita harus mengingat bahwa apa yang di mata kita merupakan hal sepele, bisa jadi di mata orang lain merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, kita harus menilai dari sisi orang yang dirugikan juga.

Sama seperti jawaban ambiguku di atas serta penjelasan yang telah kutulis di atas. Bila kesalahan itu merupakan kesalahan kecil di mataku, aku akan memilih untuk melupakannya dan bertingkah seolah tak terjadi apa pun.

Namun, bila di mataku itu merupakan kesalahan yang fatal. Aku harus mempertimbangkan terlebih dahulu, seberapa fatal kesalahan tersebut. Bila tidak fatal-fatal banget, aku akan membiarkannya berlalu. Namun, bila itu kesalahan yang fatal. Bisa jadi maaf pun tak akan bisa kuterima.

Aku memang lebih suka tidak menganggap masalah kecil merupakan masalah karena menurutku itu hanyalah buang-buang tenaga saja. Akan lain ceritanya bila itu adalah masalah besar. Mengingat aku tipe yang pendendam. Bisa saja aku tak bisa memaafkan atau melupakan kesalahan tersebut sama sekali.

 

#day12
#15daysjournalingchallenge


 


Status
Di dunia ini, ada beberapa jenis status, seperti in relationship atau sedang pacaran, menikah, cerai, lajang, dan lain-lain. Setiap orang, pasti memiliki statusnya masing-masing. Entah itu karena pilihan atau karena terpaksa. (Eits! Canda dong aku. Jangan sensi banget!)

 

Single Forever

Single atau sendiri. Begitulah statusku saat ini. Dan menurutku, begitu pula statusku untuk ke depannya nanti.

Menurutku, sendiri itu bebas dan tidak terkekang. Aku tak tahu bagaimana bisa, tetapi, selama ini aku selalu merasa aku hidup dalam pengekangan. Dan ke depannya, aku tak ingin seperti itu lagi.

Di mataku, menjalin hubungan, itu berarti aku menyiapkan sangkar lainnya. Aku tak ingin keluar dari sangkar sekarang hanya demi masuk ke sangkar lainnya. Aku ingin hidup dengan bebas.

Mungkin, banyak yang mengatakan bahwa ini adalah keputusan bodoh dan ceroboh. Akan tetapi, siapa yang peduli. Aku yang menjalani ini semua. Bukan kamu, dia, atau mereka. Hanya aku. Jadi, yang harus mengambil keputusan sendiri di sini adalah aku seorang. Aku tak ingin terombang-ambing karena keputusan yang dipilihkan oleh orang lain.

Oleh karena itu, untuk sementara, aku memilih untuk menjadi single forever. Bila tak ada perubahan apa pun, aku akan tetap menjadi wanita single yang bahagia.

Apakah kalian bingung dengan kata ‘untuk sementara’? Pasti bingung, ‘kan? Itu karena aku sempat berjanji pada ibuku bahwa bila suatu saat nanti ada pria yang datang padaku dan melamarku, lalu kami berdua cocok. Aku akan menerimanya. Tentu saja dengan pertimbangan bahwa ia mengerti diriku. Atau seminimalnya, dia akan mencoba untuk mengerti diriku sebelum menghakimiku macam-macam terlebih dahulu.

 

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke3
#day11
#15daysjournalingchallenge


 


Tampil Percaya Diri

Semua orang pasti ingin tampil percaya diri, di mana pun dan kapan pun. Sama halnya denganku. Akan tetapi, itu semua bukanlah hal yang semudah membalikkan telapak tangan. Loh? Terus apa yang harus dilakukan agar bisa tampil percaya diri?

Tenang! Tenang!

Jawabannya, cukup tenang. Cek ulang penampilanmu dari atas ke bawah. Malu-maluin atau tidak? Kalau tidak, ya pede saja. Kalau iya, gimana dong? Tentu saja harus ganti.

Gak ada waktu untuk ganti? Tenang! Tenang! Ayo, permak penampilan tersebut sebisa mungkin. Entah bajunya digulung agar terlihat lebih trendy atau rambutmu yang terikat digerai agar terlihat lebih menawan.

 

Tips dariku

Sebenarnya, aku tak memiliki tips apa pun untuk tampil percaya diri. Aku sendiri cukup minder dengan penampilan fisikku. Akan tetapi, untuk otak, aku rasa aku cukup percaya diri bahwa aku tidak bodoh-bodoh banget sampai bisa menyandang gelar bodoh.

Satu hal yang bisa membuatku percaya diri adalah saat di mana aku bisa memprediksi apa saja yang akan terjadi pada keadaan-keadaan tertentu. Di saat itu, aku yakin aku bisa menyelesaikan apa saja yang ada karena telah memutar berbagai skenario di otak

 

Ini tulisan apa sih? Kok gak jelas. Oke. Abaikan!

 

#day10
#15daysjournalingchallenge


 


Insecure merupakan perasaan tidak percaya diri pada diri seseorang. Pasti ada satu dari seluruh hal yang dimiliki oleh kita yang membuat kita merasa kurang percaya diri untuk bisa bersaing dengan seseorang. Bahkan, bila orang yang sudah terlihat sempurna di mata kita saja, terkadang bisa merasa insecure dengan dirinya sendiri.

 

Hal yang Membuatku Insecure

Bagi diriku yang tidak cantik, tentu saja penampilan bisa membuatku merasa kurang percaya diri. Apalagi ketika aku harus menghadiri acara yang harus menonjolkan kecantikan. Namun, ketika aku berada di tempat umum di mana penampilan tidak begitu dipedulikan. Aku merasa nyaman-nyaman saja.

Selain itu, aku juga masuk ke dalam kategori orang yang pendek. Bertubuh pendek memang memiliki banyak kelebihan, tetapi juga memiliki banyak kekurangan. Yah, walau sebenarnya sama saja karena orang-orang bertubuh tinggi pun memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Namun, melihat orang-orang yang bertubuh tinggi, aku pun merasa iri dan tidak pede pada penampilanku. Sering kali aku berharap, seandainya aku lebih tinggi lagi beberapa sentimeter, yang tentunya tak mungkin lagi terjadi.

Namun, ada satu hal yang membuat diriku semakin jatuh percaya dirinya. Ketika, semua orang meragukan kemampuanku. Walau aku sendiri yakin bahwa aku bisa melakukan yang terbaik, tetapi tetap saja muncul pemikiran mengenai bagaimana bila aku melakukannya dengan tidak baik? Atau hal-hal yang lainnya.

Pemikiran negative hasil dari doktrin luar. Selain itu, ada sebagian dari diriku yang merasa bahwa bila ia meragukanku, bagaimana bila aku membuatnya kesal dengan cara aku menghancurkan semuanya? Apakah dengan begitu aku bisa merasa puas karena menganggap diriku sudah membalaskan dendamku?

Yah, terkadang—tidak, sering kali—pemikiran tersebut muncul. Dan memang ada saat-saat di mana aku ingin melakukan hal jahat tersebut. Contohnya adalah di saat ini, saat sekarang. Aku tidak begitu peduli dengan image-ku yang tercipta di mata orang lain karena aku memang bisa menciptakan impresi yang berbeda-beda pada orang yang berbeda pula. Jadi, aku tak begitu mempermasalahkannya.

Hancur di depan satu orang, bukan berarti aku bisa hancur di depan semua orang, ‘kan? Aku tahu bahwa pemikiran ini tidak normal, tetapi memang begitulah adanya. Aku tak senang ketika orang meremehkanku, dan caraku membalas mereka adalah dengan membuat kebalikannya atau malah membenarkan kekhawatiran mereka. Tergantung situasi yang kuhadapi.

 

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke3
#15daysjournalingchallenge
#day9


 


Hal yang Menarik di Kehidupanku

Dalam hidup, tentu saja ada saja kejadian menarik yang terjadi. Pasti semua orang pernah mengalami hal itu, tak terkecuali aku. Dan itu akan menjadi kenangan yang tak akan terlupakan.

 

Di Masa Sekolah

Semasa sekolah, aku sering tak belajar. Modalku untuk bisa melewati ujian adalah dengan cara mendengarkan guru menerangkan. Walau tentunya, harus dibantu dengan membaca catatan.

Nah! Semasa sekolah—tidak, bahkan sampai sekarang—aku adalah orang yang sangat amat pemalas. Aku sering mencatat apa yang dijelaskan oleh guru-guru. Jadwal ujian juga tak pernah terlewatkan di dalam catatan tersebut. Namun, hanya sekedar itu saja. Aku senang mencatat agar tak melupakan semuanya, tetapi aku tak pernah membuka kembali catatan tersebut.

Jadi, sewaktu hari ujian tiba dan guru mengatakan, “Keluarkan kertas ujian kalian semua.”

Dari sanalah aku mulai sibuk beradu mulut dengan sang guru dan menanyakan apa memang sudah waktunya ujian? Tentu saja memang benar. Namun, itu hanya dalihku saja agar aku mendapatkan waktu untuk mengulang pelajaran sebanyak yang aku bisa. Sembari mengajak guruku untuk berbicara, aku mengulangi semua yang ada di catatanku agar aku bisa mendapatkan nilai. Dan untungnya, nilai yang kudapatkan tidak jelek-jelek amat; tidak merah, namun juga tak terlalu tinggi.

 

Di Masa Kuliah

Yah, bisa di bilang ini pengalaman sebelum kuliah. Waktu itu, aku masih terombang ambing ingin mendaftar jurusan apa dan di universitas mana. Akhirnya, pilihanku jatuh di sebuah Sekolah Tinggi di salah satu komplek perumahan yang cukup terkenal di Medan. Alasanku memilih sekolah tinggi itu hanyalah satu, tak ada murid lain dari sekolahku yang mendaftar ke sana.

Iya, hanya itu alasannya. Tak ada alasan lainnya. Lalu, untuk jurusannya sendiri. Di sana terdapat 3 jurusan utama; komputer, ekonomi, dan bahasa. Berhubung aku bodoh dalam bahasa dan membenci ekonomi, pilihanku jatuh pada komputer. Jurusan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu Sistem Informasi dan Teknik Informasi.

Aku ingat kalau anak Teknik Informatika bisa membuat robot dan karena aku tertarik dengan ilmu itu, tanpa pikir panjang pun aku langsung mendaftar ke jurusan tersebut. Akan tetapi, aku malah ditertawai oleh bagian akademik tersebut. Mereka pun menjelaskan bahwa di sekolah tinggi tersebut mahasiswa teknik informatika tidak pernah ada mahasiswa cewek. Akhirnya, aku pun harus mengalihkan jurusanku ke sistem informasi.

 

Sepertinya sekian saja dulu untuk hal-hal yang menarik dalam hidupku. Selebihnya, akan kuceritakan lagi di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Kalau kalian juga ada, silakan share di kolom komentar, ya.

 

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke3
#15daysjournalingchallenge
#day8



Marah

Siapapun, pasti pernah marah. Saat marah, pasti selalu ada ucapan kasar yang keluar dari mulut kita. Entah kita bermaksud mengatakannya atau tidak, hal itu tidaklah begitu penting. Hal yang terpenting adalah kita telah mengucapkan kalimat-kalimat menyakitkan tersebut.

Kata-kata kasar penuh amarah bukanlah sesuatu yang bisa ditarik kembali. Apa yang terlontar dari mulut kita tak akan bisa kita tarik kembali. Sama seperti kertas yang sudah kita remas, tak akan kembali ke wujudnya semula. Kalimat yang kita lontarkan akan terus membekas di hati orang yang mendengarnya.

 

Penyesalan

Tentunya, setelah marah dan melontarkan kata kasar, kita akan merasa tak enak pada orang yang sudah kita marahi itu. Walaupun, orang tersebut memiliki kesalahan kepada kita. Tak bisa kita pungkiri bahwa melontarkan kata kasar kepadanya juga bukanlah sebuah solusi atas kemarahan yang kita rasakan.

Saat itu, sebaiknya jangan sungkan untuk meminta maaf. Mungkin bagi orang yang egonya tinggi, terutama diriku. Kata maaf akan sulit terucap. Walau begitu, bukan berarti aku tak merasa menyesal sama sekali.

Aku sering melihat kakakku yang menangis setelah terlibat adu mulut denganku. Aku pernah mengatainya cengeng, tak beguna, dan yang lainnya. Aku yakin ia pasti sakit hati. Akan tetapi, seperti yang telah tertulis di atas tadi, apa yang sudah kulontarkan, tidak bisa kutarik kembali.

Namun, tak pernah sekalipun kata maaf keluar dari bibirku. Gengsiku terlalu tinggi untuk membiarkanku mengucapkannya. Entah dia tahu atau dia bahwa aku menyesal. Sejujurnya, aku berharap bahwa ia tahu aku tak pernah bermaksud untuk menyakitinya. Walau tentu saja pada kenyataannya aku telah menyakitinya.

Lalu, saat aku terlibat adu mulut dengan Mama pun. Aku melakukan hal yang sama. Kami pernah terlibat perselisihan akibat aku tak tahan lagi kerja di perusahaanku yang lama. Aku pun berkonsultasi pada orang tuaku karena aku ingin berhenti.

Mama tentu saja marah besar. Ia mengomeliku manja dan lain sebagainya. Setelahnya, ia memintaku untuk melamar ke perusahaan besar lainnya. Saat itu, aku menolak. Karena saat itu aku bekerja di perusahaan besar dan aku tak cocok dengan budaya kerja mereka yang saling menjatuhkan.

Aku terlalu takut untuk dijatuhkan seperti itu. Mentalku tak kuat sehingga aku mengatakan bahwa aku tak ingin melamar di perusahaan yang direkomendasikan oleh Mama. Tentu saja lagi-lagi Mama marah. Mama mengatakan bahwa beliau bukannya ingin mengaturku atau bagaimana.

Namun, karena aku sudah gelap mata, aku pun membantah dengan tegas bahwa memang benar bahwa beliaulah yang telah mengaturku. Kuliah dan sekolah, uangku dan lain-lain. Bahkan perusahaan tempatku bekerja saat itu adalah perusahaan yang diminta mama untukku lamar.

Aku cukup beruntung hingga bisa lolos dan bertahan selama 3 tahun lamanya. Namun, semakin lama, mentalku semakin rusak karena budaya kerja di sana cukup keras. Aku hanya ingin menyerah dan saat itu aku yang naïf berpikir bahwa lebih bagus bekerja di perusahaan kecil karena budayanya tak semengerikan budaya kerja perusahaan besar.

Tentu saja, sekali lagi penilaian naifku itu salah besar. Saat ini, aku bekerja di perusahaan kecil. Dan ternyata, budaya kerja di perusahaan kecil pun sama saja! Sekali lagi, aku tak ingin menahannya lagi. Setelah bekerja 2,5 tahun, aku pun kembali memutuskan untuk ‘lari’. Kali ini, aku ingin lari ke tempat yang jauh.

Amat sangat jauh untuk membuang semua luka ini dan memulai kehidupan yang baru. Tanpa ada orang-orang yang bisa memperparah luka yang kupunya.





Kejadian Baik di Hari Ini

Hari ini (10/3/2022),  bukanlah hari yang spesial. Masih sama seperti hari-hari yang sebelumnya. Tidak ada kejutan atau kehebohan apa pun.

Salah satunya kejadian bagus di hari ini, mungkin adalah aku yang masih bernapas dan masih bisa menulis. Kurasa cuma itu saja, tak ada hal lain lagi. Selain itu, bisa berinteraksi dengan teman-teman, baik dari dunia maya maupun dari dunia nyata, juga merupakan hal yang bagus.

Lalu, masih bisa membaca manhwa atau novel bagus dari aplikasi membaca—terutama ipusnas—juga merupakan hal yang bagus. Terus, apa lagi ya?

Entahlah, aku juga tak tahu lagi. Setidaknya, walau tak banyak yang terjadi. Tak ada yang buruk sampai pukul 15.46 WIB—sekarang.

 



Saat Sedang Marah

Kalau misalnya pertanyaan ini diajukan padaku beberapa tahun sebelumnya, mungkin jawabanku 1; membentak. Atau yang lebih parahnya lagi, aku bisa bermain tangan. Akan tetapi, untuk saat ini aku hanya diam saja.

Ya, kalian tidak salah baca. Saat marah—untuk sekarang—aku lebih sering diam, lalu pergi dari tempat yang membuatku marah dan meninggalkan orang yang membuatku marah.

Bagiku, membentak dan memukul hanyalah membuang-buang energy. Maka dari itu, sekarang aku tak melakukannya lagi. Aku lebih memilih untuk menyimpan energiku untuk hal yang lain yang lebih berguna. Bukannya, mengomel, membentak, dan memukul tak jelas. Mungkin terkadang aku memang akan membentak di awal, tetapi setelah bentakan pertama, aku akan diam saja.

Setelah Diam?

Setelah diam, aku akan menyumpal telingaku dengan earphone. Kemudian, memutar lagu dengan volume full. Aku sadar tindakan ini salah, tetapi aku tak bisa menghentikannya. Karena lagu bisa menenangkan amarah yang tengah meluap-luap. Dengan bernyanyi atau mendengarkan lagu keras-keras, bisa membuatku mengalihkan emosi yang negative menjadi netral.

 

 

 

#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke2



Bagiku, musik itu penghiburan yang luar biasa. Di kala senang, maupun sedih, aku suka mendengar musik. Musik pun bisa memperbaiki mood-ku yang berantakan. Saat aku malas pun, aku suka memutar musik dan bernyanyi sendirian seperti orang gila.

 

3 Lagu yang Kusukai

Kalau ditanya lagu yang kusukai, ini pertanyaan yang sulit. Aku senang mendengar lagu, tetapi aku tak bisa mendengarkan lagu tersebut dalam jangka waktu yang sangat panjang. Jadi, bisa dibilang, aku suka dengar, tetapi tak ada yang benar-benar aku sukai hingga bisa terus-menerus kudengarkan dalam jangka panjang.

Namun, untuk saat ini, mungkin 3 lagu ini yang masih menempati peringkat 3 besar di dalam hatiku.

Mark Tuan – My Life

Lagu dari salah satu member GOT7 ini baru dirilis 1 bulan yang lalu, jadi aku masih sering mendengarnya karena belum kuhapus dari playlistku. Lagu ini liriknya cukup nyesek kalau kataku.

Bagian yang paling kusuka adalah ketika ia menyanyikan lirik :
How could somebody look at me
And think that I’m happy?
I haven’t been laughing
Too much anymore

Aku tak tahu, tetapi menurutku, ini sangat menggambarkan perasaanku sekarang dan juga di waktu-waktu yang lewat. Orang-orang sering mengatakan bahwa, “Hidup kamu senang lah” atau “Kamu enak, ya, gak punya beban.”. Padahal mereka tak tahu apa-apa.

 

Youngjae – Walk With Me
Lagi-lagi ada lagu dari member GOT7 di sini. Lagu ini sudah dirilis cukup lama, yaitu bulan Desember kemarin. Aku menyukainya karena suara Youngjae memang merdu.

Bagian yang paling kusuka di lagu ini adalah :

Han georeumman deo dagawa jwoyo
Jeogeumman aju jeogeumman deo geudael gakkai bogo sipeo
Idaero uri maju bomyeo hamkke halkkayo
Nae soneul japgo gachi georeogajwoyo

Yang berarti :

Please take one step closer to me
All I want is to see you just a little closer
Shall we look each other’s eyes
Please take my hand, walk with me

Aku sengaja pakai arti Bahasa Inggris karena lebih kena aja. Kalau pakai Bahasa Indonesia, rasanya agak kurang romantis gitu. Lagu ini sangat romantis, apalagi di MV kali ini juga Youngjae terlihat ganteng (ekhm).

Jinyoug – Dive

Lagi-lagi, ini karya member GOT7. Lagu yang sudah dirilis sejak Juli kemarin ini, sudah sering aku dengar. Namun, karena memang sudah lama aku tidak update lagu baru dan sekarang aku juga lebih sering mendengarkan lagu yang diputar oleh orang lain. Lagu ini akan masuk sebagai lagu terakhir di daftar ini.

Sebenarnya, tak ada alasan khusus mengapa aku menyukai lagu ini. Aku menyukainya karena menyukai suara Jinyoung saja. Itu saja. Walau aku juga suka liriknya, tetapi hal pertama yang membuatku jatuh cinta pada lagu ini karena musiknya yang enak.

 

Sepertinya sekian saja 3 judul lagu yang aku sukai akhir-akhir ini. Mohon maklum, walau aku mendengar lagu setiap hari, tetapi bukan aku yang memutarnya. Selain itu, aku juga terlalu malas untuk mencari tahu mengenai lagu baru.

 

#15daysjournalingchallenge
#day4
#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke1



Dalam kehidupan sosial, kita bertemu dengan berbagai macam jenis orang serta berbagai jenis keadaan. Ada keadaan yang membuat kita merasa senang dan nyaman, ada pula keadaan yang kita rasa biasa-biasa saja. Dan, tentu saja, ada keadaan yang bisa membuat kita merasa tidak nyaman.

3 Hal yang Membuatku Tidak Nyaman

Kalau kita memang ingin mempunyai banyak relasi. Hal ini tak akan bisa terhindari. Walau begitu, kita tetap harus menahannya demi rasa profesional.

Saat Ada yang Bertanya Aku Etnis Apa

Bukannya aku ingin mengangkat topik sensitif di sini. Akan tetapi, memang begitulah kenyataannya. Aku akan sangat tidak nyaman ketika ada orang-orang yang mengatakan bahwa aku dari etnis A atau B. Aku tak akan menyebutkannya secara gamblang.

Ada beberapa kejadian yang sejujurnya membuatku takut berhubungan dengan ini. Dan hal itu sering terjadi semasa aku sekolah. Bahkan, seringkali aku harus berhenti di tengah jalan karena merasa takut.

Banyak yang tak percaya saat aku mengatakan bahwa aku orang Indonesia. Padahal, memang seperti itulah kenyatannya. Namun, banyak yang tak menerimanya. Awalnya, aku mengabaikan mereka. Namun, lama-kelamaan orang yang bertanya semakin menjadi dan malah menghina bahwa orang tuaku tak mengajari sopan santun. Akan tetapi, saat dijawab, mereka malah tak terima.

Melakukan Percakapan dengan Orang SKSD

Siapa sih yang gak pernah merasa orang SKSD itu nyebelin? Mungkin ada, ya? Akan tetapi, bagiku itu sangat menyebalkan. Apalagi saat dia menanyakan pertanyaan retoris. Contohnya ketika melihatku sedang makan, tetapi dia malah bertanya lagi makan ya. Sungguh! Itu sangat menyebalkan.

Melakukan Sesuatu Saat Aku Tahu Bahwa Orang itu Tak Percaya Padaku

Wajar ‘kan kalau terkadang kita harus menjalankan ‘permintaan’ dari seseorang? Pasti dong. Entah itu dari atasan, atau dari keluarga, atau mungkin teman. Namun, apabila yang mempercayakan permintaan tersebut tak percaya padamu? Apa yang kamu rasakan?

Kesal dong pastinya. Dan yang paling penting membuat tak nyaman hingga karena kita harus melakukannya dengan ekstra hati-hati padahal hal tersebut merupakan pekerjaan yang biasa kita lakukan.

 

Kayaknya untuk sekarang itu aja. Walau sebenarnya masih banyak lagi, tetapi karena diminta 3 hal. Jadi, yang kutulis hanya itu saja. Apa ada dari kalian yang sama denganku?

 

#15daysjournalingchallenge
#day3
#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke1

 


Gabut, satu kata banyak arti. Gabut bisa berarti orang yang sedang tidak melakukan sesuatu padahal ingin melakukan sesuatu, tetapi tidak tahu apa itu. Bisa juga berupa singkatan dari gaji buta. Yup, sesuai yang kalian pikirkan, tidak bekerja, tetapi menerima uang.

 

Kegiatan di saat Gabut

Sebagai orang yang mageran, atau malas gerak, aku tak memiliki begitu banyak waktu gabut. Kalian bebas menyebutku pemalas atau apa, aku akan menerimanya dengan senang hati karena memang benar begitu adanya.

Lalu, kalau ditanya, apakah pernah aku merasa gabut. Tentu saja pernah, walau sangat jarang. Atau mungkin sering. Yah, tidak masalah karena pada akhirnya kegiatan itu tak akan aku lalukan ketika mager sedang mendera.

Kalau pernah merasa gabut, tentu aja pernah melakukan sesuatu ‘kan di saat seperti itu? Tentu pernah. Sekali lagi, dengan catatan kalau magernya tidak mendera, ya. Silakan diintip saja apa kegiatan yang kulakukan saat gabut ngajak main.

1.      Dengar lagu.

Ini kegiatan yang akan kulakukan walau mager mendera. Kegiatan ini cukup simpel karena bisa dilakukan sambil rebahan. Terkadang, aku melakukan kegiatan ini bersama kakakku di dalam kamar. Kami bernyanyi hingga suara menjadi serak, walaupun suara kami tak begitu bagus. Namun, karena rumah selalu dalam keadaan kosong. Kami jadi bebas untuk melakukannya. 

1.      Nulis

Kegiatan ini juga bisa dibilang kegiatan yang cukup simpel untuk dilakukan. Zaman sekarang, menulis itu bisa di mana saja dan menggunakan apa saja. Lagi pula, dengan menulis juga aku bisa menyalurkan kecerewetanku yang tak ingin didengar oleh siapapun. Jadi, aku sangat menyukai cerita ini.

Selain itu, karena menulis, aku memasuki banyak grup dan bertemu (secara online; tentunya) dengan banyak orang. Di antara mereka, ada juga yang berteman baik denganku. Bahkan, ada yang bersedia mendengar keluh kesahku. (Aku gak mau nyebut lagi, soalnya udah keseringan)

1.      Main game

Yah, siapa saja pasti pernah sesekali di saat bosan, lalu beralih pada game. Ini cukup efektif karena memang ada game yang bisa membuat kita memainkannya hingga lupa waktu. Namun, karena aku orangnya cepat bosan, biasanya kegiatan ini hanya bisa berlangsung sebentar karena pasti aku hanya melakukan gerakan yang sama berulang kali.


Itu saja kegiatan-kegiatan yang bisa kulakukan di kala gabut melanda. Tentu saja, ada satu kegiatan lainnya lagi, tidur. Akan tetapi, aku tak akan menuliskannya karena tidur itu memang kegiatan wajib kan, ya?

 

#15daysjournalingchallenge
#day2
#jurnalhydramates
#jurnal_hm_maret
#jurnal_hm_minggu_ke1