Review Pangeran Serigala dan Gadis Penyihir

Yo! Balik lagi ke pojok baca aku. Pada review kali ini aku bakal nge-review novel tipis dari hasil nulis dari event nulisbuku.com. Genre yang bakal ku-review kali ini adalah fantasi. Yap, fantasi. Kalian gak salah baca kok. Kalau boleh jujur, awalnya aku gak sengaja baca ini buat ngeriset. Atau boleh kalian bilang sebagai bahan pembelajaran aku untuk nulis genre kayak gini.

 

Judul            : Pangeran Serigala dan Gadis Penyihir

Penulis        : Anastasye Natanel

Genre          : Fantasi

EISBN          : 978-623-213-510-9

Penerbit      : Garuda Mas Sejahtera

Blurb           :

“Kau lihat betapa miripnya mereka.”

“Ya, aku bisa melihat itu.” Joane menatap perempuan dalam foto. Ia bisa meihat jelas kemiripan antara si perempuan dan Irina. Sangat mirip. “Kuharap tuan muda bisa menemukan kembali apa yang dia cari.”

“Dia pasti akan turun tangan.”

“Apa aku harus menemuinya dan memberitahu semua ini?”

“Tidak perlu.” Ms. Iru dan Joane berbalik. Seseorang sudah duduk di sofa tanpa disadari kehadirannya oleh kedua perempuan itu. Kucing persia melompat turun dari pelukan Ms. Iru dan naik ke pangkuan seseorang itu.

“Selamat malam, Tuan Muda.” Joane menunduk hormat kepada pemuda di depannya.

“Aku sendiri yang akan menyelesaikan semuanya. Tugas kalian cukup sampai di sini saja,” titah seseorang itu. Ms. Iru dan Joane mengangguk tanda setuju.

 

 

Novel ini menceritakan tentang seorang gadis introvert bernama Irina yang baru saja pindah ke sebuah kota bernama Witchery. Ia hanya tinggal bersama ibu dan juga saudara kembarnya—Asylia. Kepribadiannya dengan Asylia sangat bertolak belakang.

Ia lebih senang menyendiri, tetapi Asylia lebih senang bergaul dengan teman-teman lainnya. Ia lebih senang membaca buku, Asylia lebih senang berdandan. Walau begitu, keduanya cukup kompak. Hubungan persaudaraan mereka cukup kuat walau terkadang terlibat dalam pertengkaran antar saudara yang wajar.

Awalnya, Irina merasa biasa saja dengan perpindahan mereka ke kota Witchery ini karena ibu mereka memang selalu mengajak mereka berpindah-pindah. Namun, perpindahan mereka di kota Witchery ini cukup aneh karena mereka pindah setelah ibunya menerima sebuah surat suatu hari. Ia masih ingat ekspresi janggal yang ada di wajah sang ibu ketika menerima surat tersebut.

Kepindahannya di kota ini membuatnya merasa kesepian karena ia lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya sendiri. Ibunya sering pergi entah ke mana dan selalu pulang tengah malam. Sedangkan Asylia lebih senang pergi bersama teman-temannya hingga larut bahkan terkadang gadis itu sampai menginap di rumah temannya yang notabene-nya merupakan keluarga terkaya di kota tersebut.

Irina pun mulai mencari kehidupannya sendiri hingga tanpa sengaja melihat lowongan pekerjaan di sebuah coffee shop bernama Roux Casu. Pemilik coffee shop tersebut merupakan seorang wanita tua yang baik bernama Iru. Di sana ia berteman dengan rekan kerjanya yang bernama Joane. Joane, barista sekaligus pengelola Roux Casu. Joane merupakan keponakan dari Ms. Iru.

Kehidupannya berjalan dengan tenang sampai tiba-tiba sang kembaran memaksanya untuk mencari tahu mengenai legenda dari kota tersebut. Legenda mengatakan bahwa dahulunya, kota Witchery, bernama kota Lycanville. Kota di mana para penduduknya merupakan manusia serigala. Hingga suatu hari para penyihir datang dan membasmi seluruh manusia serigala dan menempati kota tersebut. Selain itu, para penyihir juga mengubah nama kotanya menjadi Witchery.

Pencarian kebenaran tentang legenda tersebut menuntun pada ingatan lama mereka. Lambat laun, satu per satu rahasia mereka tentang mereka pun terkuak. Mereka bukanlah manusia biasa, melainkan keturunan penyihir.

Mereka pernah tinggal di sana sewaktu kecil. Sampai sang ayah tiba-tiba menghilang, mereka pun pindah. Perlakuan orang sekitar pada mereka tak begitu menyenangkan karena mereka memiliki darah manusia. Ayah mereka yang seorang penyihir bangsawan, jatuh hati pada manusia biasa—ibu mereka.

Setelah melewati berbagai pertentangan, akhirnya keduanya bisa menikah dan memiliki mereka. Hidup mereka nyaman dan tenang di kala sang ayah masih ada. Akan tetapi, langsung berubah ketika sang ayah tiada. Itu jugalah yang merupakan alasan mengapa sang ibu selalu mengajak mereka hidup berpindah-pindah.

Petualangan pencarian kebenaran legenda pun berubah menjadi petualangan pencarian alasan mengapa mereka kembali ke kota tersebut. Apalagi, mereka pernah secara tak sengaja menjumpai ibu mereka dalam kondisi babak belur. Saat ditanya, ibu mereka tak mengatakan apa pun dan berkata semua baik-baik saja.

Akibatnya, keduanya bekerja sama untuk membongkar apa yang terjadi pada sang ibu. Pembuntutan pada sang ibu pun dilakukan. Ternyata ibunya selama ini selalu pergi ke rumah teman main Asylia. Akan tetapi, karena Asylia yang selalu bermain di sana tak pernah menjumpai ibunya pun menjadi curiga. Keduanya pun mulai menyusun rencana agar bisa menggeledah rumah tersebut diam-diam.

 

Cerita ini sebenarnya cukup ringan. Entah mungkin karena terlalu terburu-buru menulisnya, sehingga ada yang rasanya kurang lengkap. Akan tetapi, kisah ini cukup bagus.



#jurnalhydramates
#jurnal_hm_desember
#jurnal_hm_minggu_ke2
#pojokbacaHydramates

0 comments:

Posting Komentar