Tahun 2021 ku

Sebenarnya ini cukup telat kalau mau tulis ini. Harusnya ini aku post waktu tanggal 31 Desember 2021, tapi berhubung aku banyak deadline (baca : malas) makanya aku belum sempat nulis. Yah, walau begitu, baru lewat 2 hari, jadi masih sah kan ya kalau aku mau bikin postingan kayak gini. Sejujurnya, ini postingan gak penting-penting amat sih. Hanya ingin aku jadikan pengingat aja buat aku biar aku di tahun ini (2022) bisa lebih baik lagi dari tahun lalu (2021).

 

Jadi, tahun 2021 ku itu, bisa dibilang tahun yang cukup baik untukku. Walau covid-19 lagi marak-maraknya dan banyak orang lagi kesulitan. Akan tetapi, aku masuk ke dalam kategori manusia yang beruntung. Aku masih bisa bekerja dan aku masih mendapatkan gaji full. Bahkan, di waktu-waktu tertentu, seperti imlek, lebaran, natal, dan waktu memperingati tanggal 15 bulan 7 lunar kalender pun, Bosku memberikan beras serta minyak untuk kami. Jadi, aku boleh bilang kalau tahun ini cukup baik padaku bukan?

 

Ah, itu bukan bermaksud jelek atau bagaimana. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa terima kasihku. Walau mungkin ada yang menangkapnya dengan maksud lain, aku tak begitu peduli. Itu terserah kalian. Lalu, tak usah membahas hal itu lebih lanjut mari fokus pada kehidupan menulisku saja.

 

Kesulitan

 

Sebenarnya ini memang kesulitan yang sudah aku hadapi seumur hidupku, mager dan sulitnya merangkai kata-kata. Aku akan mengakuinya dengan jujur, kalau aku memang orang yang pemalas. Benar-benar pemalas. Saking pemalasnya, semasa sekolah, aku pernah tak tahu kapan jadwal ujian. Dan saat gurunya masuk, aku akan kaget kalau guru itu meminta kami mengeluarkan kertas ujian. Di saat itulah baru aku sibuk untuk mengulang catatanku. Tentu saja, waktunya kurang—amat sangat kurang malah. Yah, tapi boleh dibilang aku beruntung karena aku tak pernah mendapatkan ranking di bawah.

Kesulitan merangkai kata ini adalah hal yang selalu aku alami. Bahkan dala mengobrol pun aku sering merasa kesulitan apalagi saat menulis. Karena itu, suasana di sekitarku pasti akan menjadi canggung. Mengingat aku orangnya cukup blak-blakan atau malah terkadang terlalu diam sampai-sampai membuat orang lain merasa tak nyaman karena aku kesulitan merangkai kata.

 

Solusi

 

Solusi untuk mengatasi rasa mager itu sebernanya bisa dibilang hampir tak ada. Kalian pasti pernah mendengar kata-kata “Malas tak ada obatnya”. Dan, ya, itu memang benar. Malas itu sama sekali tak ada obatnya, berbeda dengan bodoh. Kalau bodoh dan tak tahu, kita tinggal belajar saja, tapi kalau malas? Kalian pasti tak akan bisa melakukan apa pun.

 

Lalu, solusi untuk tak bisa merangkai kata-kata, tentu saja itu gampang. Tinggal banyak membaca dan berinteraksi dengan orang. Namun, berhubung aku malas bicara, aku lebih memilih untuk membaca saja. Entah itu membaca manhwa atau novel. Namun, sebagai penulis, tentu saja membaca novel lebih membantu. Bagiku, membaca manhwa itu hanya untuk menyegarkan pikiran ketika pikiran sedang kusut.

 

Pencapaian

 

Jadi, untuk tahun 2021, aku merasa aku sudah cukup banyak pencapaian. Walau bukan pencapaian yang luar biasa, tapi tetap saja aku merasa cukup puas. Aku berhasil menyelesaikan 3 (kayaknya) cerbung di tahun ini. Lalu, ada juga 3 (kayaknya) cerpen yang berhasil kuselesaikan di untuk posting ke plaftorm atau blog. Aku juga menyelesaikan 3 cerpen untuk diterbitkan dalam buku antologi cerpen. Walau sebenarnya 1 cerpen itu diselesaikan pada tahun sebelumnya (kalau aku gak salah ingan). Namun, karena buku terbitnya di tahun ini, jadi mari anggap kalau cerpen itu diselesaikan tahun ini (hahaha).

 

Selain itu, di tengah-tengah deadline, muncul rasa iseng saat melihat hydra mengadakan mini event untuk memperingati hari ibu. Magic Word for Mom, persis seperti namanya event ini mengharuskan kita menuliskan kata-kata yang bisa mewakili perasaan kita untuk ibu dalam 50 kata. Dan, ini adalah event pertama yang aku menangkan. Terima kasih pada Hydra karena sudah memenangkanku dan telah mengirimkan hadiah yang bagus: buku berjudul Ibuku Sayang Ibuku Kuyang dan sebuah baju (yang kuberikan pada ibuku karena memang itu hadiah untuk ibu).

 

Ah, ada yang spesial dari event ini. Saat pengumuman pemenang, ada salah satu member yang mengatakan sesuatu yang membuatku merasakan perasaan senang—bahkan senangnya melebihi saat mengetahui aku adalah pemenang. Kak Emil, berkata bahwa temannya tetap berjuang melahirkan anaknya saat suaminya berada di sampingnya sembari terus membacakan kata-kata yang kita tuliskan untuk mini event ini. Mengharukan, bukan? Bagiku ini sangat amat mengharukan saat mengetahui ada orang-orang yang merasa terhibur hanya dengan membaca tulisanku. Karena inilah, aku tak ingin menyerah dengan deadline yang menumpuk.

 

Lalu, di tahun ini aku juga mengikuti salah satu program andalan ODOP, yaitu ODOP Tembus Media (OTM). Dan berkat program ini, aku berhasil mengirim beberapa tulisan yang akhirnya lolos cetak di beberapa surat kabar. Thank you, OTM.

 

 

Terfavorit

 

Nah, untuk bagian ini aku akan membahas dua hal. Yang pertama adalah karyaku sendiri dan yang kedua adalah karya milik orang lain.

 

Untuk karya sendiri, sejujurnya, dari semua karya yang ada, aku paling menyukai Let’s Play karena karya ini yang paling rapi. Maksudku, aku benar-benar memulainya dari premis, sinopsis, hingga outline. Lalu, yang kedua adalah karya untuk event 31 hari menulis RAWS (yang ini sudah tayang di Wattpad-ku per. Tanggal 1 Januari 2020 dengan Judul Who’s the Killer). Keduanya berhasil kuselesaikan dalam waktu 1 bulan penuh. Alasan lainnya, karena keduanya merupakan genre HMT pertama yang kuberanikan untuk publish setelah menulis sekian banyaknya, lalu kubuang.

 

Untuk karya penulis lainnya, tentunya aku lebih menyukai sesuatu yang berbau action dan misteri. Dari sekian banyaknya yang aku baca (lalu terlupakan), ada dua cerita bergenre sejenis yang masih aku ingat dengan jelas. Memoar Sherlock Holmes dan The Chemist, aku bahkan sudah membuat review-nya (walau demi tugas). Lalu, ada satu karya lainnya yang bukan masuk ke dalam genre tersebut, tapi aku mengingatnya dengan jelas, Rooftop Buddies. Cerita ini cukup berkesan untukku karena karakternya—menurutku—kuat sekali.

 

Sejujurnya, alasanku menyukai Rooftop Buddies karena aku—sebagai penulis—ingin membuat cerita dengan karakter yang kuat seperti itu. Selama ini, dalam menulis, aku memiliki kelemahan dalam membentuk karakter. Karakterku lemah dan kurang konsisten hingga saat ini aku masih berusaha untuk mengatasinya. Dan aku berharap, tahun ini aku bisa mengatasinya.

 

Penyemangat

 

Salah satu penyemangatku untuk maju adalah saat aku menyadari bahwa tahun ini aku sudah melakukan lebih daripada tahun kemarin. Walau memang harusnya seperti itu, setidaknya aku boleh berbangga pada diriku sendiri, bukan?

Lalu, melihat teman-teman penulis lainnya yang sudah sukses di platfom nulis berbayar atau bahkan sampai ada yang menerbitkan karya mereka ke dalam buku memacu semangatku untuk bisa berkarya lebih dan lebih baik lagi.

 

 #jurnalhydramates
#jurnal_hm_desember
#jurnal_hm_minggu_ke2
#curhatangakjelas
#bacatulisbrandingRAWS

0 comments:

Posting Komentar