Day25 of 30DJC

"Yeay! Besok minggu!" seru Na senang sembari melompat ke atas tempat. Gadis kecil berusia delapan tahun itu menatap kedua kakaknya yang tengah berusaha tidur dengan mata berbinar senang.

"Jie[1], besok di tempat Ama[2] mau main apa?" tanya Na sembari menggoyang-goyangkan lengan Ra manja.

Ra menoleh pada Na sekilas dan mengangkat bahunya ringan. "Gak tau. Lihat aja besok," balasnya menutup percakapan di malam itu.

Esok paginya, ketiga bersaudara itu bangun pagi-pagi sekali. Kemudian menyalakan TV dan langsung mengganti channel TV ke tayangan kartun.

"Kalian ini, ya! Kalau sekolah gak bisa bangun. Kalau minggu kenapa jam enam pagi udah bangun?" Yani—Mama dari trio itu—yang baru saja keluar dari kamar mengomeli ketiga putrinya sembari berkacak pinggang.

"Kalau gak bangun jam segini nanti gak bisa nonton spongebob, Ma," jawab El polos dengan pandangan yang masih melekat pada layar TV.

Yani hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah. Ia berlalu ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Beberapa saat setelahnya ia mulai mengadon tepung untuk digoreng.

"Anak-anak, makan!" seru Yani pada ketiga putrinya yang langsung saja menyerbu meja makan.

Na mengambil tepung goreng itu dengan tangan kosong dan mulai mengunyah. Begitu pula, Ra dan El. Ketiganya makan dalam diam. Yani kembali masuk ke dapur dan mengupas bawang, lalu memasukkannya ke dalam kotak.

"Mama kenapa masak? Kita gak ke tempat Ama?" tanya Na dengan nada merajuk. Ia marah lantaran di minggu sebelumnya ia sudah berjanji pada Olip, Eve, dan Jo agar bermain bersama di tempat sang nenek. Melihat Yani yang menyiapkan bumbu dapur membuat harapannya pergi ke tempat sang nenek pun pupus.

Yani menatap putri bungsunya lembut. "Mama gak masak, Dek. Mama cuma ngupas bawang, kok. Biar nanti pas mau masak gampang. Nanti kita ke tempat Ama. Agak siangan, ya," jelasnya lembut membuat binar senang di mata Na yang sempat redup kembali bersinar.

Setelah sarapan dan membereskan kamar, ketiganya mandi secara bergiliran. Dengan semangat yang tak padam, mereka mulai merencanakan apa yang hendak mereka bertiga lakukan nanti di rumah neneknya.

"Jie, nanti kita main mamasak, ya!" pinta Na penuh harap. Ra mengangguk pelan, sementara El hanya mengangkat bahu tak acuh. Di dalam otaknya, ia hanya ingin mencoba memancat pohon setinggi mungkin.

Sesampainya di rumah sang nenek. Mereka bertiga melihat truk yang terparkir di halaman depan—tepatnya di bawah pohon jambu—rumah sang nenek. Rencana yang tadinya sudah disusun rapi pun buyar.

"Ayo, cari Ko[3] Victor dan Ko Willi!" seru El penuh semangat. Ia segera berlari masuk ke  dalam rumah sang nenek untuk mencari kedua abang sepupunya itu. Di belakangnya, kakak dan adiknya menyusul tak kalah semangat.

"Ama!" panggil ketiga saat melihat sang nenek duduk di ruang makan.

Ama yang sedang makan pun menoleh dan menatap ketiga cucu perempuannya senang. "Kalian sudah datang?"

"Ama, Ko Willi mana?" tanya El setelah mengangguk-anggukkan kepalanya menjawab pertanyaan sang nenek.

"Loh?" Ama terlihat bingung. Ia melongokkan kepalanya ke arah depan. Ia yakin bahwa kedua cucu lelakinya itu sudah ada di depan. "Tadi kayaknya sudah di depan. Kalian gak lihat?"

"Truk! Pasti di dalam truk!" seru El, lalu ia pun berlari keluar. Dan benar dugaannya, kedua abangnya itu ada di dalam truk dan menertawakan mereka bertiga.

"Ko! Mau naik," rengek Na hampir menangis. Kepalanya mendongak, menatap kedua abangnya yang tengah mengunyah jambu yang sudah berhasil mereka petik dari pohon.

"Ya, naik lah! Kan minggu lalu sudah koko ajarkan," balas Willi enteng.

El pun memandang tajam kedua abangnya itu. Jengkel. Tahu bahwa kedua abangnya tak akan pernah turun untuk membantu mereka naik. Ia pun mencoba naik dengan caranya sendiri. Sembari mencoba, ia mengingat-ingat apa yang diajarkan oleh kedua abangnya minggu lalu.

Gadis itu memulai langkahnya dengan menginjak ban, lalu naik sambil berpegangan pada rantai pengait pintu bak belakang. Kemudian, ia mencari sisi-sisi truk yang bisa ia injak sambil tetap berpegangan pada pintu tersebut. Setelah berhasil mencapai puncak pintu dan duduk di atasnya. Ia pun menatap bak mobil itu dengan bingung. Kakinya tak cukup panjang untuk menyentuh dasarnya.

"Ko?" panggilnya bingung. Akan tetapi, kedua abangnya itu tak mengacuhkannya dan malah naik ke dahan pohon untuk mencari jambu lagi.

"Ko!" panggilnya sekali lagi dengan nada kesal.

Victor menatapnya dengan alis terangkat "Hmm?" gumamnya pelan.

"Turun ke baknya gimana? Gak sampai," balas El hampir menangis. Rasanya sangat menyebalkan bergelantungan seperti itu. Ia takut jika pintu itu akan jatuh karena tak kuat menahan bobot tubuhnya.

"Ya, lompat aja. Masa udah bisa naik ke sana, gak tau cara turunnya?" ledek Victor membuat wajah El memerah menahan amarah.

"Oke!" ucap gadis kecil itu cuek. Ia menarik napas dalam dan mulai berteriak kencang hingga membuat Victor dan Willi panik. "Ama! Koko jahat!"

"Heh! Diam! Nanti dimarahin Ama." Victor berjalan dari satu dahan ke dahan lainnya dan melompat ke dalam bak mobil itu. "Sini! Jangan takut! Koko tangkap!" Victor merentangkan kedua lengannya pada El.

Sejenak, El menatap ragu sang abang. Ia tahu dengan jelas bahwa sang abang tak mungkin menipunya. Abang yang satu ini adalah abang yang paling dekat dengannya. Dan juga, abangnya ini tak pernah menipu atau mencelakainya. Akan tetapi, rasa takut itu tetap ada. Ia takut kalau abangnya salah perhitungan dan tak bisa menangkapnya dengan benar.

"Gak apa. Lompat aja. Koko tangkap," ucap Victor meyakinkan El.

El menatap Victor, lalu menatap jaraknya dengan lantai bak mobil. Tinggi, tetapi tak terlalu tinggi. Baiklah. Ia memutuskan untuk percaya pada abang sepupunya itu dan mulai melompat. Victor menangkapnya dan menurunkannya dengan perlahan ke lantai.

El yang sudah menginjak bak mobil itu meminta Willi mengangkatnya ke dahan yang paling dekat. Dengan bantuan Willi, ia pun berhasil naik ke atas pohon.

Melihat El yang berhasil naik ke atas pohon. Ra dan Na yang iri pun mulai mencoba. Akan tetapi, percobaan mereka gagal berkali-kali hingga Victor dan Willi turun dan membantu kedua gadis kecil itu naik ke atas mobil. Lalu, mereka berdua bergotong royong menaikkan kedua gadis kecil itu ke atas pohon.

#30daysjournalingchallenge
#day25

0 comments:

Posting Komentar