Cerpen Liliana - 4



Sebelumnya


Sore itu, ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Ia bercerita, saat olimpiade waktu itu—tiga minggu sebelum ia memutuskan berhenti kuliah—Fikri datang menemuinya dan mengatakan bahwa ia ingin menjalin hubungan dengannya.

 

Liliana—yang memang pada saat itu menaruh rasa pada Fikri—langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang. Di malam terakhir karantina, Fikri mengajaknya jalan-jalan. Liliana merasa bahwa itu merupakan hari paling bahagia untuknya hingga insiden itu terjadi. Fikri membawanya ke kelab dan mencekokinya alkohol.

 

Liliana yang memiliki toleransi rendah pada alkohol langsung mabuk. Kesempatan itu digunakan Fikri dengan baik. Fikri membawanya kembali ke hotel dan menidurinya. Satu minggu setelahnya, ia mengetahui fakta bahwa Fikri melakukan hal tersebut karena taruhan dengan teman-temannya. Tentu saja Fikri yang memenangkan taruhan tersebut. Ia bahkan member bonus video kepada teman-temannya.

 

Liliana marah dan kecewa, tetapi tak bisa melakukan apa-apa. Ia bahkan terlalu malu untuk menceritakan semuanya pada Bintang. Ia memilih bersikap biasa saja dan melupakan semuanya. Di saat ia hampir bangkit, hidupnya sekali lagi hancur. Ia mengetahui bahwa ia mengandung. Orang pertama yang mengetahui hal itu selain dirinya adalah dokter sekolah mereka.

 

Dokter tersebut melapor pada pihak sekolah. Selanjutnya, sudah bisa ditebak seperti apa jalan ceritanya. Ia diminta untuk memilih keluar sendiri atau dikeluarkan. Tentunya ia memilih pilihan yang aman, keluar dengan keinginannya sendiri. Setelah hari itu, ia meratapi nasibnya selama beberapa waktu. Kemudian, ia mencoba bangkit. Bekerja di sana sini demi mendapatkan uang untuk persalinan dan kehidupan sehari-harinya.

 

Dua tahun lalu, Fikri mendatanginya dan meminta maaf padanya. Sekaligus memberi kabar yang membuatnya hancur sekali lagi. Fikri mengatakan padanya bahwa pria itu mengidap HIV dan meminta gadis itu untuk sekalian memeriksakan dirinya. Liliana mengikuti saran pria itu demi meyakinkan bahwa dirinya serta sang buah hati baik-baik saja. Demi melakukan pengecekan penuh, ia meminjam uang pada tetangga-tetangganya.

 

“Hari itu, aku tahu kalau aku juga penderita. Selain HIV, ternyata aku mengidap kanker usus. Untungnya, Bulan bersih. Waktuku sudah gak lama lagi. Aku juga sudah mencoba mencari panti asuhan yang baik untuk Bulan,” tutup Liliana dengan senyum miris.

 

“Aku aja,” tawar Bintang impulsif.

 

Liliana menggeleng tegas. “Jangan merusak masa depan kamu demi Bulan, Tang. Aku sayang kamu, sama seperti aku sayang Bulan. Aku akan berusaha cari cara agar Bulan tetap bahagia dan nyaman meski aku gak ada.”

 

Bintang menggeleng tegas. “Gak! Aku bisa! Aku yang akan jaga Bulan gantiin kamu. Ya?” pinta Bintang. Ia tak akan mau kehilangan Liliana lagi, atau seminimalnya peninggalan Liliana. Ia pasti bisa merawat Bulan dengan baik. Dan hal itu tak akan merusak masa depannya.

 

“Jaga anak itu gak gampang, Tang. Walau Bulan anaknya penurut, tapi tetap aja susah,” jelas Liliana lembut. Ia sungguh tak ingin menyusahkan temannya. Liliana menarik napas panjang, mendadak napasnya terasa sesak dan perutnya terasa sakit. Sebuah ringisan pelan meluncur dari bibirnya.

 

Bintang panik. Ia menurunkan Bulan dari pangkuannya dan segera mendekati Liliana. Namun, gerakannya terhenti saat Liliana mengangkat tangannya dan menggeleng pelan. “Aku gak apa,” lirihnya dengan suara yang lemah dan serak. Seulas senyum ia tarik untuk menenangkan Bintang yang masih cemas.

 

Bulan sendiri sudah mendekati Liliana dan menggenggam tangan kurus itu. Kedua mata bulat dan besar itu menatapnya khawatir. “Mama, atit?” Tangan mungil itu menarik tangan kurus Liliana dan menggenggamnya pelan selama beberapa saat. Lalu gadis kecil itu meminta Liliana membungkukkan badannya dan langsung dituruti Liliana. Bulan langsung mengalungkan lengan mungilnya di leher Liliana.

 

Bintang tersenyum melihat interaksi hangat antara sahabatnya dengan putri kecilnya. Hari itu, kondisi Liliana memburuk dengan cepat. Ia menyadari bahwa selama Liliana bercerita, gadis itu menahan rasa sakit agar ia tak khawatir walau akhirnya ia ambruk juga.

 

Januari 2023

 

“Mami! Aku dapat ranking 1, lho!” pamer seorang bocah kecil sambil mengacungkan rapornya. Wajahnya berseri saat berlari menuju seorang wanita dewasa  yang mengenakan blazer hitam. Wanita itu berjongkok dan menyambutnya ke dalam pelukan hangat.

 

Bintang tersenyum lebar dan mengecup kening Bulan dengan sayang. “Bagus! Anak pintar! Ayo, hari ini kita mau kunjungi mama, ‘kan?”

 

Bulan mengangguk tegas. Hari ini merupakan hari peringatan Liliana. Berhubung Liliana memilih untuk dibakar dan abunya dilarung ke laut, setiap tahunnya, Bintang selalu mengajak Bulan untuk mengunjunginya. Liliana meninggalkan mereka tahun lalu, ia juga berhasil meyakinkan sahabatnya bahwa ia bisa menjaga Bulan dengan baik tanpa harus merusak masa depannya. Oleh karena itu, selama ia bersama dengan Liliana ia berusaha sekeras mungkin tamat dengan cepat dan mendapatkan pekerjaan yang baik.

 

Kini, ia berhasil. Ia tinggal bersama dengan Bulan dan mengadopsi Bulan secara resmi. Orang tuanya pun tak menolak Bulan—itu adalah bagian yang paling penting dan melegakan baginnya. Orang tuanya menyayangi Bulan seperti cucu mereka sendiri.

 

END


#jurnalhydramates
#jurnal_hm_desember
#jurnal_hm_minggu_ke1
#day12
#cerbung


0 comments:

Posting Komentar