Giana meremas kertas penuh coretan itu dengan geram. "Dasar! Jalan buntu!" keluhnya sebal. Tangannya terulur ke bawah kasur. Dikeluarkannya buku coklat itu dan ditatapnya tajam.
Helaan napas lelah meluncur dari bibirnya. Giana mengetuk-ngetukkan pulpennya gemas di atas meja. Tangan kanannya menjambak rambutnya frustrasi. Ia sudah bolak-balik ke TKP, tetapi ia tak memiliki bukti tambahan apapun. Bukan hanya itu saja, ia bahkan sudah pergi ke kantor polisi yang tentu saja langsung diusir.
Bagi para aparat penegak hukum itu, dia yang masih berjabatan siswi SMA hanya pengganggu jika berada di sana. Alhasil, baik di TKP maupun di kantor polisi, ia tak mendapati bukti tambahan.
Giana menggigit bibir bawahnya gemas, dibukanya buku coklat itu dengan hati-hati. Matanya menelusuri setiap tulisan dan foto yang tertempel di sana dengan saksama. Saking seringnya ia lihat dan baca, ia bahkan sudah hafal setiap letak tulisan dan gambar di seluruh halaman yang ada di buku tersebut.
Tiba di halaman terakhir, alis gadis itu berkerut dalam. "Apa ini?" gumamnya bingung. Tangannya terulur untuk menggosok noda berwarna kecoklatan tersebut. Matanya berbinar saat mendapati ada tulisan di balik nada kecoklatan itu. Kuku-kukunya semakin aktif menyingkirkan noda membandel.
"Ini ...," desahnya tak percaya. Giana langsung menutup buku coklat itu dan mengembalikannya di bawah kasur. Kemudian, menyambar jaket dan berlari keluar rumah.
#agustusrawspunyacerita
#sebelashariakusudahberjuang
0 comments:
Posting Komentar