Hilang


Ariani menghela napas gusar. Sudah pukul 9 malam, tetapi Giana masih belum pulang. Kakinya bergerak gelisah dengan kedua tangan bersidekap di depan dada. Berulang kali ia mengecek ponselnya yang menampilkan ruang obrolan antara dirinya dengan sang adik. Percakapan itu sudah terjadi sejak satu setengah jam yang lalu, tetapi sang adik masih belum menampakkan batang hidungnya di rumah. Mau tak mau, ia pun merasa gelisah. 

Perasaan gagal menjadi kakak kembali menyerangnya. Bukan sekali dua kali ia merasa seperti ini. Ia sudah sering merasakan perasaan ini karena setiap ada masalah Giana lebih sering menunjukkan sifat dewasanya. Gadis itu lebih senang menyelesaikannya sendiri baru menceritakannya, sama seperti sekarang.

Ayunan langkah Ariani terhenti saat mendengar suara langkah yang berhenti tepat di depan pintu. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintu dengan kasar. Namun, ia harus menelan kekecewaan saat melihat yang datang bukanlah sang adik, melainkan seoarang pria yang seumuran sang ayah.

"Om Danu?" lirihnya tak yakin lantaran kondisi pria itu terlihat berantakan. Badannya dipenuhi dengan darah kering dan juga lumpur. Cetakan jejak sepatu menempel di seluruh tubuh pria itu dengan pola tak beraturan. "Apa yang terjadi, Om?" tanya Ariani cemas.

"Giana! Di mana adikmu itu?" Danu tak menjawab pertanyaan Ariani, malah menerobos masuk dan memeriksa setiap ruangan di rumah itu. Tak menemukan Giana di mana pun, ia berbalik dan mencengkram kuat bahu Ariani. "Adik kamu ada di mana, Ariani?" tanyanya panik.

Ariani menggeleng lemas. "Adek gak bisa dihubungi, Om. Sudah dari satu setengah jam yang lalu adek bilang udah mau sampe rumah, tapi belum sampe juga. Om kenapa? Terus kenapa datang-datang tanyain adek?" desak Ariani sudah tak tahan lagi.

"Sekarang itu gak penting, Ariani. Kita harus cari adikmu terlebih dahulu. Kamu tahu biasanya dia ke mana?" tanya Danu membuat Ariani terdiam. 

Biasanya Giana ke mana? Pertanyaan yang sangat sederhana, tetapi ia tak tahu jawabannya.

#agustusrawspunyacerita
#tetapnulisdiharipramuka


0 comments:

Posting Komentar