Ariani merasakan guncangan hebat pada tubuhnya. Ia bisa merasakan tubuhnya bergerak dengan cepat, tetapi bukan karena kakinya sendiri. Kelopak matanya yang tertutup, perlahan memisah. Matanya menangkap gedung-gedung yang bergerak cepat. Ah! Bukan gedung yang bergerak, tetapi dia.
"Cepat! Cepat! Mereka bakal kejar!" desak sebuah suara yang amat sangat ia rindukan. Tangannya terulur, berusaha menggapai tubuh kurus yang sedang bergerak cepat. Perlahan, jarak mereka terbentang.
"Tidak," lirihnya pelan, "Giana!" isakannya pecah tak terbendung.
Tangan kurus itu membekap mulutnya. "Diamlah, Kak! Kakak mau kita tertangkap dan mati?" bisik gadis itu gemas.
Kedua sudut bibir Ariani tertarik. Tangan itu terasa hangat. Ia mengambil tangan tersebut dan menggenggamnya kuat. "Jangan tinggalin aku lagi," bisiknya penuh permohonan.
Seulas senyum penuh sesal diberikan oleh gadis itu membuat Ariani buru-buru menggeleng. Ia tak bermaksud menyalahkan adiknya karena pergi. Bukan! Bukan seperti itu. Ia hanya ingin menghadapi semuanya berdua.
"Mulai sekarang kita akan sama-sama terus, Kak," janji Giana membuat Ariani mengangguk puas.
"Hei! Tangan kalian menghalangi pandanganku! Ariani, jika kamu tak ingin jatuh, lepaskan dulu tangan adikmu!" titah sebuah suara bariton membuat tubuh Ariani menegang.
Ah! Ternyata ia bergerak dengan cepat karena digendong oleh Danu. Ia pun segera melepaskan tangan adiknya dan meminta maaf. Akan tetapi, tunggu! Apa yang terjadi di sini? Hal terakhir yang ia ingat ....
"Ah! Ternyata ini mimpi. Kalau mimpi aku gak mau bangun lagi," seru Ariani ketika mengingat kegiatan terakhirnya. Hal terakhir yang ia ingat adalah Danu menyuruhnya untuk beristirahat karena suhu tubuhnya meningkat drastis.
Ia ingat ia masuk ke kamar Giana dan mencium aroma tubuh Giana yang tertinggal di bantal dan selimutnya. Ia juga ingat mimpi sebelumnya di mana ia bertemu dengan ayah dan adiknya untuk merayakan ulang tahun mereka.
Helaan napas gusar tertangkap oleh gendang telingat Ariani. Ia bisa mendengar bahwa Giana juga ikut mencibirnya. "Dasar! Ternyata dia masih ngehalu," ejek Giana pedas seraya melirik sang kakak lelah.
#agustusrawspunyacerita
#sepuluhharimenjelangfinish
0 comments:
Posting Komentar