"Sebenarnya apa yang sedang dilakukan Giana?"
Danu menghela napas panjang. Ia tahu, ia tak bisa lagi menyembunyikannya dari Ariani sesuai permintaan Giana. "Dia hanya bilang, dia ingin bebas," ujarnya sembari memutar ulang kembali percakapannya dengan Giana beberapa hari lalu.
****
"Om, ini Giana. Anaknya Angga. Om ingat, 'kan?" tanya Giana begitu teleponnya tersambung.
Danu mengangguk. Tentu saja, mana mungkin ia melupakan malaikat kecil--ceria dan penuh semangat--milik Angga. Ia bahkan pernah berniat untuk mengasuh malaikat kecil itu 12 tahun yang lalu. "Ada apa, Na?"
"Ini bukan percakapan yang bisa diselesaikan lewat telepon, Om. Bisa kalau Giana ketemuan sama Om aja?"
Danu terdiam sejenak. Serahasia apakah percakapan ini sampai-sampai gadis kecil itu tak ingin membicarakannya lewat telepon. Rasa penasaran menggelitiknya membuatnya menyetujui permintaan gadis itu. Mereka berdua berjanji untuk bertemu di cafe yang dekat dengan rumahnya.
Akan tetapi, di hari perjanjian, rekan kerjanya malah tertimpa kecelakaan sehingga ia tak bisa menemui Giana. Sialnya, di hari itu, ia lupa mengisi batre ponselnya. Maka dari itu, ia tak bisa mengabari Giana.
Sehari setelah itu, Giana mendatangi rumahnya. Namun, karena ia masih mengurus dokumen kecelakaan kerja temannya, ia tak sempat bertemu dengan gadis itu. Ia hanya menerima pesan yang dititipkan gadis itu pada tetangganya. Secarik kertas yang berisi tulisan tangan yang rapi.
Om, Giana ingin membebaskan Papa dan Kakak. Giana nemu petunjuk. Dia teman Om dan Papa, tapi Giana belum pernah berjumpa dengannya. Giana harap, Om mau membantu Giana bertemu dengannya.
p.s : Tolong jangan kasih tau kakak. Beban Kakak sudah banyak, Giana hanya ingin membebaskan kakak dari salah satu bebannya.
#agustusrawspunyacerita
#tengahbulanjangankasihkendor16
0 comments:
Posting Komentar