Day8 of 30DJC

 

Jika mendapat pertanyaan seperti di atas, mungkin yang akan terlintas di pikiran kalian adalah berbagai macam hal seperti hantu, tikus, kecoak,  ular, buaya, harimau, singa, dan lain sebagainya. Aku pun sama. Begitu mendapat pertanyaan apa yang aku takuti, mungkin hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah serangga. Aku benci sekali dengan serangga—segala jenis serangga.

Sepertinya bukan hanya serangga. Kalau diingat-ingat, aku juga takut dengan anjing. Padahal dulu sewaktu masih kecil, di rumah ada memelihara anjing. Aku tak tahu jenisnya apa, tetapi yang kuingat warnanya hitam. Anjingnya lebih tinggi daripada aku yang berumur sekitar 5 tahun. Kami memanggilnya Blackie. (Baru kusadari kalau ini sangat tidak kreatif. Hahahaha)

Saat itu, setiap aku mau masuk rumah. Aku pasti akan selalu memastikan bahwa ada yang memegangnya. Jika tak ada, aku tak akan masuk ke dalam rumah karena pos miliknya adalah di dekat pintu masuk. Biasanya yang memegangginya adalah adik papa dan terkadang adik papa itu memintaku untuk mengelusnya. Aku tak tahu mengapa aku sangat takut padanya walau dia tak pernah menggeram padaku atau menggonggongiku.

Lalu, ada satu cerita mengenai dikejar anjing yang aku ingat. Aku diminta membeli minuman di warung yang berada tepat di depan rumah nenek oleh abang mama. Biasanya anjing mereka, mereka rantai. Akan tetapi, entah mengapa, di hari itu, anjing hitam nan besar itu tak terantai. Dan tepat di saat aku hendak pulang ke rumah nenek, anjing tersebut keluar. Aku yang kaget lantaran mendengar gonggongannya memutuskan untuk berlari tanpa pikir panjang. Jarak yang seharusnya tak begitu jauh, di saat itu terasa amat sangat jauh.

Mama yang melihatku lari hanya tertawa dan member saran dari tempatnya. “Jangan lari! Kalau kamu lari, nanti dianya makin kejar. Lihat dulu baik-baik! Anjingnya cuma mau ngajak kamu main, kok!” ujar Mama kala itu di sela-sela tawanya. Aku yang sudah hampir menangis mana mungkin berbalik hanya untuk memastikan ucapan mama. Hari itu, aku berpikir bahwa mama sungguh kejam, bukannya menolong aku yang dikejar, malah memintaku berhenti dan bermain dengannya. Walau begitu, pada akhirnya aku sampai dengan selamat di rumah nenek dan anjing tersebut tak mengejar hingga ke dalam rumah.

Serangga yang paling kubenci adalah kecoak. Menurutku, mereka sangatlah kotor dan juga bau. Jika tak percaya, buktikan saja. Kecoak dalam radius satu meter akan tercium aroma busuknya. Pernah sekali, saat hendak pergi ke sekolah dan bus sudah sampai di depan rumah. Aku yang belum mengenakan sepatu pun buru-buru mengenakannya. Akan tetapi, begitu kakiku masuk sempurna ke dalam sepatu. Aku merasakan bahwa ada yang aneh di sana.

Aku pun membuka kembali dan menuangkan apapun yang ada di dalam sana ke atas tangan. Begitu benda tersebut jatuh di atas telapak tanganku. Aku tak mampu menahan teriakan kagetku. Lantas kulempar kecoak tersebut ke sembarang arah. Tak kupedulikan kecoak tersebut terbang mengenai saudaraku atau tidak. Yang kupedulikan saat itu hanyalah makhluk menjijikan itu harus enyah dari tanganku. Yah, bisa dibilang saat itu adikku sedang sial. Si kecoak masuk ke dalam bajunya hingga membuatnya melompat-lompat sembari menarik keluar bajunya. Akhirnya si kecoak jatuh dan penyek lantaran terinjak. (RIP Kecoak ^^)

#30daysjournalingchallenge
#day8

0 comments:

Posting Komentar