"Dek, sini dulu!" panggil Hendrik pada putrinya—Hellen—dengan nada heran. Jemarinya sedari tadi mengetuk-ngetuk layar ponsel pintarnya. Sementara matanya sibuk menelisik layar ponsel pintar yang saat ini tengah memutarkan sebuah video.
Hellen berjalan gontai dari kamarnya ke arah sang Papa. Ia sedikit menunduk menatap Hendrik yang tengah duduk dan sesekali melirik pada layar ponsel sang Papa. Walau sebenarnya hal tersebut tak sopan, tetapi ia tetap melakukannya demi membunuh rasa penasarannya. "Apa, Pa?"
Hendrik mengayunkan tangannya meminta putrinya agar lebih mendekat. Hellen pun memilih untuk berjongkok agar tinggi mereka sejajar. Ia kemudian menatap sang papa jengkel karena Hendrik hanya fokus pada ponsel pintarnya saja.
"Apa, sih, Pa? Udah manggil orang, tapi Papa malah sibuk sendiri sama ponsel Papa," rajuknya kesal.
"Oh!" Hendrik menyodorkan ponselnya dan menunjuk-nunjuk. "Ini ... kalau Papa mau simpan video ini, caranya gimana, Dek?"
Hellen mengulurkan tangannya untuk mengambil alih ponsel pintar tersebut. Ia memgerutkan keningnya dalam. "Ini aplikasi apa, Pa? Facebook?"
Hendrik mendongak menatap putrinya bingung. Tahu bahwa sang papa tak akan bisa menjawab pertanyaannya, Hellen pun memutuskan untuk mengecek sendiri. Dan benar saja, aplikasi yang dibuka Hendrik adalah Facebook.
"Gak tahu," ucap Hellen sembari menyodorkan kembali ponsel pintar Hendrik.
"Loh? Kok gak tahu? Masa kamu yang anak muda gak tahu cara simpan video ini? Paman kamu saja bisa, loh!" balas Hendrik tak terima.
Hellen memutar bola matanya malas. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah yakin nada suaranya aman, gadis itu pun berucap, "Ya, namanya aku udah gak pernah pake Facebook lagi. Gimana bisa tahu coba?"
"Ah! Payah kamu, Dek!" cibir Hendrik membuat kekesalan Hellen memuncak.
"Papa aja yang lebih sering pake gak tahu apa lagi Hellen. Papa lebih payah dong berarti," ledek Hellen tak mau kalah.
Hendrik tertawa. "Beda dong Papa sama kamu. Papa kan udah tua. Lah, kamu? Masih muda. Masa gak bisa? Harusnya kan kamu lebih canggih dari Papa," balas Hendrik dengan nada jenaka. Walau begitu, ia mengontrol ekspresinya seserius mungkin.
Hellen menghembuskan napas gusar. Ia menatap tajam sang Papa. "Memangnya kalau aku masih muda berarti aku bisa tau segalanya gitu? Lagian kalau Papa mau cari yang canggih jangan anak dong. Cari robot aja, tuh. Canggih."
Sebuah senyum tipis muncul di bibir keduanya. Hendrik mengangkat alisnya dan mengancam Hellen. "Payah, nih, anak Papa. Papa coret dari Kartu Keluarga (KK) juga nih."
Sebuah senyum kemenangan muncul di wajah Hellen. Ia mengedipkan sebelah matanya nakal dan membentuk huruf 'O' dengan telunjuk dan jempolnya pada Hendrik. "Oke. Nanti aku bantuin tip-ex sama laminating, Pa. Beres, 'kan?"
Hendrik terbahak keras. Ia mengacak rambut putrinya gemas. Memang putrinya yang satu ini selalu suka menjawabnya, apapun itu persoalannya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
"Nanti nama kamu hilang dong, Dek. Udah gak terdaftar lagi di KK kita," balas Hendrik sembari menaikkan sebelah alisnya.
Hellen bangkit berdiri dan menatap Hendrik penuh kemenangan. "Ya, gak apa. Nanti aku bikin KK baru aja. Kenapa harus repot-repot, sih?" balas Hellen santai dan melenggang pergi begitu saja.
Hendrik menggeleng melihat kelakuan putrinya itu. Matanya membulat dan ia memanggil putrinya dengan nada panik. "Dek! Hei! Ini gimana caranya? Main pergi aja. Dasar!"
Hellen membalikkan tubuhnya dan menatap Hendrik sembari tersenyum tipis. "Tapi kata Papa, Hellen gak canggih. Papa tanya aja sama Filbert, dia kan lebih sering main Facebook ketimbang aku."
"Ya, gak bisa dong, Dek. Kalau tunggu besok nanti video ini gak bisa dicari lagi," jawab Hendrik frustrasi.
"Papa, tuh, yang gak canggih. Masa gitu aja gak bisa?" ledek Hellen sembari berjalan mendekat, lalu mengambil alih ponsel tersebut.
"Yang ini 'kan yang Papa mau?"—Hellen memperlihatkan video yang ia maksudkan pada Hendrik. Setelah mendapat anggukan, Hellen mengirim url video tersebut pada Filbert, sepupunya.—"Nah, beres, deh. Besok suruh Filbert download buat Papa aja. Aku gak bisa soalnya." Hellen menyodorkan kembali ponsel tersebut pada Hendrik.
Hendrik menerimanya dengan perasaan puas. Ia kembali berselancar di dunia maya sampai suara Hellen menginterupsinya.
"Pa, jadi gak coret aku dari KK? Ini udah aku bawain KK, pulpen, dan tip-ex-nya." Hellen menyodorkan barang-barang yang ia sebutkan pada Hendrik.
Geram. Hendrik pun menjewer telinga putri nakalnya itu. "Dasar anak nakal!" omelnya kesal.
#OneDayOnePost
#ODOP
#ODOPChallenge5
Nakal amat yaaaa sama papanya, wkwk
BalasHapusgpp..
Hapusudh biasa..
wkwkkwkw..