Yo, Gengs! Balik
lagi ke sesi Jurnal Hydra yang kedua. Sejujurnya, aku masih tak tahu harus
nulis apa di sini. Jadi, mungkin aku bakal nuangin apa aja yang ada di dalam
otakku aja.
Ide Bisa Didapat Dari Mana Aja
Pernah dengar kalimat di
atas? Sebagai penulis, atau mungkin pekerja seni yang lain, pasti pernah. Kalau
gak pernah, ya sudah. Menurutku, itu benar. Ide bisa didapat dari mana
saja. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan. Kapan
saja dan di mana saja. Semuanya bisa kita olah menjadi ide menulis.
Mari kita ambil contoh,
saat kita sedang berada di jalan; entah hendak pergi ke mana atau entah hendak
pulang ke rumah. Kita pasti pernah melihat tunawisma atau anak-anak kecil yang
sedang meminta—atau mungkin hanya duduk saja—di pinggir jalan. Terkadang, ada yang memberi atau
terkadang malah ada yang memarahi orang-orang tersebut.
Jika mau, hal ini bisa
dijadikan ide cerita. Entah itu sebuah cerpen, atau bahkan sebuah novel. Kejadian
itu kita olah dulu menjadi sebuah premis, yaitu Erina melihat kehidupan yang
jauh berbeda dengannya dan tersentuh. Gadis itu memutuskan untuk membantu
anak-anak yang kurang mampu dengan mendirikan sebuah sekolah, tetapi ternyata
hal tersebut tak semudah yang ia pikirkan. Semua rencananya tak ada yang
berjalan dengan lancar karena anak-anak lebih mementingkan untuk menghasilkan
uang daripada belajar.
Kurang lebih, bisa ditulis dengan seperti itu. Atau bisa saja,
ketika ada teman yang curhat mengenai persoalan hidupnya. Kita bisa mengangkat
kisahnya menjadi sebuah novel atau pun cerpen. Dalam hal ini, tentu saja kita
harus meminta izin pada yang bersangkutan. Bila yang bersangkutan mengizinkan,
ya lanjutkan. Akan tetapi, jika tidak, jangan dilakukan karena itu akan
menyebabkan retaknya hubungan pertemanan kalian.
Mencari Mood Nulis
Banyak orang yang menulis dengan melihat mood mereka. Ya, aku juga
termasuk salah satunya. Ini merupakan tantangan yang sangat berat. Sebenarnya,
seorang penulis yang ingin sukses, tak boleh menulis berdasarkan mood-nya saja.
Ia harus sebisa mungkin terus dan terus menulis. Menulis harus dijadikan
kebiasaan.
Ada yang bilang, minimal sehari harus menulis satu paragraf. Namun,
ada juga yang membiasakan dirinya sehari menulis minimal 500 kata, atau bahkan
1000 kata. Menurutku itu bagus, mungkin awalnya akan sulit. Akan tetapi, jika
itu dijadikan seperti kebiasaan, hal tersebut akan menjadi mudah.
Jika merasa sehari minimal 500 kata itu sulit, maka di awal kita
bisa menguranginya menjadi sehari 300 kata, atau mungkin 200 kata, atau bahkan
lebih sedikit lagi. Satu hari minimal harus ada 100 kata. Setelah bisa
konsisten dengan jumlah kata yang sedikit selama satu bulan penuh, pelan-pelan
kita naikkan jumlah kata per hari kita. Jika di awal kita menargetkan 100, di
bulan selanjutkan kita harus menaikkannya menjadi 200 kata atau—mungkin jika
masih sulit—bisa ditambahkan 50 kata dari yang sebelumnya menjadi 150 kata per
hari.
Jangan terlalu khawatir soal jumlah kata yang kita hasilkan. Yang
paling pertama adalah kita harus nyaman dulu saat menulis agar semua tulisan
yang kita hasilkan bisa tersampaikan dengan baik pada semua pembaca kita.
Sekian dari tulisan tidak jelas ini. Terima kasih.
#day2
#jurnalHydra
#Hydramates
0 comments:
Posting Komentar