Beban

“Enak, ya, jadi kamu? Kamu ceria banget. Beban hidup kamu pasti gak ada,” komentar Laily begitu padangannya menangkap kedatangan Kayla yang tersenyum lebar pada siapa saja yang ia lewati.

Mendengar komentar itu, Kayla hanya tertawa kecil. Belum sempat ia membalas, sebuah suara cempreng menginterupsinya.

“Bener banget tuh yang kamu bilang, Ly. Orang kayak Kayla sih pasti gak ada bebannya lah. Orang hepi terus tiap hari,” balas Jessica sambil mengunyah kerupuk.

Mulut Kayla yang tadinya terbuka hendak membantah kembali tertutup. Senyum kecil ia sunggingkan untuk kedua temannya. Kata-kata yang sudah ia persiapkan ke ujung lidah, masuk kembali tanpa bisa dimuntahkan saat mendengar celotehan riang Laily.

“Iya, bener banget. Makanya, orang-orang kayak Kayla ini adalah orang yang kita perlukan buat nopang kita-kita yang banyak banget masalahnya. Ya, gak, Jes?” Tangan Laily terulur ke pundak Kayla dan melingkar dengan nyaman di sana.

Tak lama, Jessica pun bergabung dalam pelukan tersebut. Kayla masih terdiam, walau senyum tipis terlukis di wajah cerianya. Akan tetapi, kedua temannya tak ada yang tahu bagaimana perasaannya saat ini. Setelah beberapa menit berlalu, Kayla mendorong pelan lengan Laily—berusaha keluar dari kungkungan kedua temannya.

“Eh? Udah jam segini. Aku udah telat, nih. Aku balik dulu, ya,” pamit Kayla sembari melambaikan tangannya riang. Ia segera berlari keluar dari cafΓ© dan menyetop angkutan umum pertama yang dilihatnya.

 Kayla merebahkan badannya di atas kasur. Ia meringkukkan badannya seperti janin dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Sebulir bening menetes dari sudut matanya, sebuah isak kecil meluncur dari bibir yang tengah digigitnya kuat-kuat. Kedua  bola matanya menatap lurus pada layar ponselnya yang menampilkan tampilan panggilan masuk dan terdapat kontak “Mama” terletak di riwayat teratas.

“Kay, uang yang kamu kirim kok cuma segini bulan ini? Pengeluaran bulan ini banyak banget, loh. Kamu tahu, ‘kan? Kalau adik kamu udah daftar di universitas yang ada di Singapura dan butuh biaya banyak? Kalau bisa tolong kirimin uang lagi dong.Kalau emang gak bisa, kamu bisa kan berhenti kuliah aja? Bisa ‘kan kamu berkorban buat adikmu sedikit? Kalau bisa tolong jangan nambah beban Mama, kurangin aja.”  Ucapan sang Mama kembali terngiang di telinganya.

Mengapa? Mengapa harus dia yang selalu berkorban? Sejak awal ia kuliah, ia sudah mengusahakan untuk mendapatkan beasiswa. Bahkan sampai sekarang—tahun keempat kuliahnya—ia masih tetap bisa mempertahankan beasiswanya. Ia juga sudah bekerja dan mengirim uang ke rumah untuk membantu mamanya. Akan tetapi, apa ini? Ia malah disuruh berkorban lagi?

Berhenti kuliah di tahun terakhirnya? Lucu sekali. Tawanya meledak memenuhi kamar kosnya. Kayla mengacak rambutnya frustrasi, lalu meletakkan ponselnya dalam keadaan tertutup. Ia memenjamkan matanya dan mengatur napasnya hingga tanpa sadar tertidur.

Kayla terbangun saat mendengar lantunan lagu ‘Nobody Knows’ milik Young Jae GOT7. Tangannya secara otomatis men-slide layar, lalu menempelkan ponsel tersebut ke telinganya.

“Yo, Kayla’s speaking,” ucap Kayla dengan nada seriang mungkin.

“Kak, kirimin uang, dong. Uang Kenny habis, nih. Entar kalau Kenny udah kerja, Kenny gantiin berkali-kali lipat, deh. Oh, iya … kakak kapan pulang? Kata mama kakak udah gak kuliah lagi, ‘kan?” celoteh Kenny tanpa berhenti.

Senyum miris terbit di wajah Kayla. Ternyata mamanya dan Kenny begitu mengharapkan ia berhenti kuliah. Ia pun menghela napas panjang sebelum menjawab, “Oke, nanti aku kirimin. Kamu butuh berapa? Kalau soal pulang, nanti akhir bulan aku pulang.”

***

“Loh? Kay? Kenapa kamu ngepak barang-barang kamu dan kirim ke rumah?” tanya  Jesicca bingung. Saat ini ia tengah menginap di kosan Kayla bersama dengan Laily untuk merayakan selesainya skripsi mereka dan sudah diterimanya skripsi mereka. Mereka hanya bisa menanti waktu ujian sidang mereka dan semua perjuangan mereka akan berakhir.

Kayla hanya tersenyum kecil. “Kan bentar lagi aku harus pulang. Oh, iya. Kayaknya wisuda nanti aku gak bisa hadir.

“Kamu lagi gak ada masalah, ‘kan?” tanya Laily heran.

Kayla menggeleng dan tertawa. “Bukannya kalian yang pernah bilang kalau orang yang kayak aku gini pasti gak ada masalahnya?”

Jessica dan Laily mengangguk dengan yakin. Senyum puas tercetak di wajah ketiga gadis itu. Beberapa menit tanpa ada percakapan, ketiganya akhirnya terlelap.

Akan tetapi, beberapa hari kemudian—tepat di hari terakhir di bulan itu. Mereka dibuat bingung dengan hilangnya Kayla dari kosan.  Gadis itu bahkan tak pulang ke rumah. Hanya mengirimkan semua barang-barangnya ke rumah. Baju, diktat kuliah, laptop, buku-buku, dan juga tabungan, serta sebuah catatan kecil untuk sang Mama. Catatan kecil yang berisikan isi hati Kayla yang sebenarnya.

Hai, Ma. Maafin Kayla, ya? Kayla minta maaf karna udah jadi beban mama. Mulai sekarang Kayla gak akan jadi beban mama lagi. Ini uang tabungan Kayla selama ini. Kayla harap tabungan ini bisa meringankan beban mama sedikit.

Oh, iya, Ma. Kayla mau ngerepotin sedikit. Kalau ada teman Kayla yang tanya tentang Kayla. Bisa tolong sampaikan pesan Kayla buat mereka gak, Ma? Tolong bilangin makasih dan maaf, ya, Ma. Juga tolong kasih pengertian ke temen Kayla kalau anak yang selalu keliatan ceria bukan berarti dia gak ada masalah sama sekali.

Makasih mama. Kayla sayang mama.

 

Membaca catatan kecil itu hanya bisa membuat air mata sang mama mengalir deras. Apalagi ketika beberapa hari kemudian, pihak kepolisian menelepon ke rumahnya dan mengatakan bahwa mereka menemukan mayat Kayla yang hanyut di sungai. Walau niat awal gadis itu memang untuk bunuh diri, tetapi niat tersebut gagal karena ternyata ada anak yang tenggelam dan Kayla hanya berusaha menolongnya. Nyawa anak tersebut selamat, tetapi Kayla tidak.

14 komentar:

  1. Aku jadi merinding. Nyatanya banyak ibu di dinia ini yg mirip dengan ibu Kayla.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heem..
      Banyak..
      Tapi kalau mau bilang salahnya si Mama juga ga sih..
      Apalagi kalau mikir, Mama udh ngesekolahin dari PG-SMA tamat, jadi pas Kuliah dan udh kerja, wajar aja kan ngasih Mama..
      tp mungkin harus sedikit lbh perhatian aja..

      Hapus
  2. semoga tidak ada kaila-kaila lain yang bernasib sama...
    good story I think

    BalasHapus
  3. Bagus banget ceritanya kak. Sedih. Bernar kak smua org pasti punya masalah seceria apapun dia. Terima ksh sudah berbagi kak

    BalasHapus
  4. Kok berasa familier ya sama dialognya 😊 Btw sades ya endingnya, ngeuri 🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kah?? Terlalu ekstrim kah??
      Btw itu kan bahasan kita kemarin malem.. Apa kemarinnya lagi ya?? πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  5. Terkadang, orang yang paling ceria, justru sedang menyembunyikan masalah yang berat.

    BalasHapus
  6. Ada sebuah pepatah bijak, yang saya sendiri lupa persisnya tapi kurang lebih isinya adalah "bagikan kesedihan dan kebahagiaanmu pada orang yang tepat"

    Sukaa saya sama ceritamu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi susah mencari "orang yang tepat" itu..
      lebih banyak orng yg mau didengarkan daripada mendengarkan, kak..
      Terima kasih

      Hapus
  7. Nice story, kadang memang masih sulit ya nebak hati seseorang.

    BalasHapus